Page 32 - Semangat Berbagi Semangat Menginspirasi (1)
P. 32

    Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi!
Belajar dari Rumah: Belajar dari Ketidakberdayaan
Oleh: Dati Ambar Palupi - SMA Negeri 2 Ketapang, Kalimantan Barat
Saya tak pernah mengira kalau virus yang semula menjangkit di Wuhan, Cina ternyata melanda negeri kita tercinta, Indonesia. Semua rencana pembelajaran yang saya rancang di awal tahun pelajaran 2019/2020 seketika buyar di akhir kegiatan USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional). Saat itu, pertengahan Maret 2020, siswa kelas X dan XI diminta belajar di rumah untuk persiapan ulangan harian selepas kakak kelas mereka menyelesaikan USBN.
Akhir Maret hingga awal April 2020...
Tepatnya 24 Maret 2020, sebuah surat edaran diterbitkan, ditandatangani oleh Mas Menteri terkait pembelajaran daring atau pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau BDR alias Belajar Dari Rumah. Apapun istilahnya, intinya siswa dan guru dilarang ke sekolah, dilarang berkumpul dalam jumlah besar dan diharuskan melakukan pembelajaran dari rumah.
Hal pertama yang terbersit adalah rasa ‘bahagia’ karena ‘liburnya’ diperpanjang. Tidak terlintas sama sekali bahwa seminggu setelah surat edaran terbit, rasa bosan karena tidak kemana-mana melanda. Berbagai cara dilakukan walaupun ternyata menghabiskan kuota banyak karena aktivitas sebagian besar hanya rebahan.
Info berbagai kegiatan webinar pun masuk ke ponsel. Dari daerah, dalam negeri, bahkan luar negeri. Dari gratis hingga berbayar. Sejak itu saya mulai akrab dengan Google, tidak hanya sebatas Gmail-nya tetapi juga mengenal Google Classroom, Google Form. Lalu ke platform lain seperti Zoom, Quizziz, Miro, Moodle, Edmodo, Trello, Seesaw, dan Schoology, bahkan cara mengelola Youtube channel.
April – Mei 2020...
Saya yang semula hanya mengandalkan Whatsapp dan E-mail sebagai sarana pembelajaran mulai memutuskan untuk menggunakan Google sebagai sarana pendukung untuk mengadakan ulangan dan kuis, serta berbagi materi kepada siswa. Sayangnya kecanggihan gawai yang dimiliki beberapa siswa tidak berbanding lurus dengan ketertarikan mereka akan teknologi pembelajaran. Belum lagi dengan beberapa siswa yang tinggal di pelosok kecamatan jauh dari Kota Ketapang yang akses internetnya terbatas.
Dalam waktu yang sempit karena ‘desakan’ untuk mengadakan ulangan akhir semester genap di bulan Juni, kami para guru dan siswa seolah berkejaran dengan waktu agar dapat mencapai target kurikulum yang diharapkan. Namun sayangnya karena keterbatasan akses dan tidak adanya tatap muka membuat kami menyederhanakan materi dan memilih serta memilah materi dan sumber belajar yang lebih sederhana namun berkualitas.
Tidak hanya siswa, kami pun belajar memaksimalkan gawai yang kami miliki dan belajar dari awal bagaimana membuat akun e-mail, mengelola Google Classroom sampai membuat Google Form untuk ulangan. Tak seorang pun menyangka kalau kegiatan “belajar di rumah” yang seharusnya hanya berjalan kurang lebih tiga minggu saja lalu berubah menjadi sebulan, dua bulan –sampai Hari Raya Idul Fitri– lalu menjadi 4 bulan dan awal tahun ajaran baru 2020/2021 pun dimulai juga dari rumah.
November 2020...
Ini adalah bulan kedelapan mas Menteri mengumumkan bahwa segala bentuk pembelajaran dilakukan dari rumah. Banyak desakan agar sekolah dibuka kembali. Siswa rindu belajar di sekolah, bertemu dengan teman-temannya, berbagi cerita, berbagi ilmu, berbagi tugas. Guru pun rindu mengajar, menatap langsung ke mata anak didiknya, membayangkan kesuksesan mereka kelak, rindu menyebarkan ilmu yang dimiliki. Kita belum punya daya untuk melawan pandemi ini, tapi bukan berarti kita menyerah. Harapan untuk belajar di sekolah adalah keniscayaan. Saling menjaga diri, kesehatan dan tetap di rumah adalah hal terbaik untuk saat ini.
  24




















































































   30   31   32   33   34