Page 35 - Semangat Berbagi Semangat Menginspirasi (1)
P. 35

    Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi!
Tak Perlu “Tools” Wow, Pakai yang “Simple” Saja
Oleh: Putu Ayu Mustiari - Bali Island School, Bali
Kebijakan belajar dari rumah (BDR) menuntut guru, siswa dan orangtua untuk menyesuaikan diri, belajar hal baru, dan mencoba strategi-strategi efektif. Tak jarang tantangan jarak membuat para guru merasa perlu menggunakan tools baru yang didapat dari berbagai sumber maupun pelatihan yang diikutinya: sebelum maupun saat masa pandemi. Memang menggunakan tools baru memiliki manfaat dan kelebihan tersendiri, namun tidak semua bisa menghadirkan pembelajaran yang efektif.
Saya termasuk salah seorang guru yang suka mencoba tools baru. Tentunya yang saya kenal dan kuasai. Baik dari referensi rekan sejawat maupun yang saya cari dan temukan sendiri. Semua tools baru tersebut sangat bermanfaat bagi kelancaran pembelajaran jarak jauh dan variasi kegiatan pembelajaran. Namun, terkadang saya merasa belum 100% yakin kalau siswa saya juga merasakan manfaat yang sama.
Saya pertama kali mengenal Google Docs dan aplikasi Google Suites lainnya di tempat kerja sekarang pada tahun 2012. Saat itu koordinator kurikulum memperkenalkannya kepada seluruh staff karena Beliau merasa semua orang harus mencadangkan dokumennya dalam jaringan. Para siswa pun mulai menggunakan Google Docs sebagai media menulis dan menyimpan dokumen. Jadi, sejak itu hingga sekarang baik guru maupun siswa sudah terbiasa dan sangat nyaman menggunakan semua fitur yang disediakan Google Docs.
Selama kebijakan belajar di rumah ditetapkan, kegiatan kolaboratif dan interaktif sedikit terbatas. Bahkan di beberapa kelas terjadi tren penurunan pencapaian siswa terutama dalam menulis. Kelas Bahasa Indonesia daring saat itu berlangsung seperti biasanya melalui video conference Google Meet. Materi yang kami bahas adalah menulis kolom opini di media massa. Kegiatan menulis memang merupakan penilaian individu tapi tidak seperti biasanya, kami memulainya dengan kegiatan kelompok kolaboratif melalui media Google Docs. Saya menyiapkan beberapa pertanyaan arahan untuk merangsang siswa berpikir logis dan kritis, kemudian menugaskan siswa menulis bersamaan dengan memberikan edit access pada satu Google Docs utama. Tak disangka respons siswa sangat antusias. Mereka menulis bersamaan dari tempat yang berbeda namun terasa ada di tempat yang sama: di ruang kelas. Mereka bahkan saling memberikan komentar terhadap jawaban teman lainnya. Mereka saling mengoreksi, menambahkan, dan memberikan saran untuk menyempurnakan tulisan masing-masing. Dengan diberikannya edit access pada semua, siswa bisa mengakses dokumen utama tersebut; menjadikannya inspirasi untuk menulis kolom opini versinya sendiri.
Setelah kegiatan menulis kolaboratif tersebut, siswa bekerja mandiri menuliskan kolom opini berdasarkan teks perdagangan manusia yang mereka baca masing-masing. Saya sangat terkesan saat membaca tugas menulis yang mereka kumpulkan. Semua siswa di kelas tersebut menunjukkan peningkatan tulisan baik dari segi bahasa, organisasi ide, maupun format tulisan.
Di hari berikutnya, saya pun bertanya apa yang membuat siswa di satu kelas itu seluruhnya mengalami peningkatan. Satu siswa memberikan jawaban bahwa latihan menulis kolaboratif dengan media Google Docs sangat membantu mereka saling melengkapi ide dan memahami topik yang akan mereka tulis. Yang lainnya pun merespons dengan mengatakan bahwa mereka ingin diberikan kesempatan berlatih bersama lagi di penugasan menulis selanjutnya. Sungguh, saya tidak mengharapkan dampak sebesar itu dari sebuah kegiatan sederhana dan menggunakan aplikasi dasar yang sudah biasa kami gunakan. Jadi, tak perlu terlalu pusing memilih aplikasi baru yang WOW karena tidak semua aplikasi baru bisa memberikan hasil yang diinginkan. Tak masalah menggunakan yang sederhana, yang penting bisa efektif menunjang pembelajaran interaktif walaupun terpisahkan jarak.
  27

























































































   33   34   35   36   37