Page 57 - Semangat Berbagi Semangat Menginspirasi (1)
P. 57

    Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi!
‘Si’ Empat Mantra di Masa PJJ: Diskusi, Interaksi, Kolaborasi, Refleksi
Oleh: Pipit Prihartanti Suharto, M.A. – Universitas Perjuangan Tasikmalaya, Jawa Barat
Pertengahan Maret 2020 saya antusias memulai semester baru dan melanjutkan mata kuliah Teaching English to Young Learners yang saya ampu. BOOM! Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terpaksa dimulai. Lalu, saya merasa percaya diri (baca: tega) memberikan penugasan di Google Classroom untuk dua pekan dengan judul melangit Let’s get the study juices flowing.
Dua pekan kemudian, saya hampir tidak menemukan study juices flowing di kelas saya. Saya mendapat kabar dari mahasiswa bahwa materi yang mereka baca sulit untuk dipahami. Saya tidak percaya ini. Saya terpana (baca: terkejut) dengan ragam pertanyaan mahasiswa seperti “Color-coded itu apa ya, Ms?”, “Learning holistically tuh apa ya, Ms?”, “Logical deductive tuh apa ya, Ms?” atau “Apa yang dimaksud dengan implicit teaching?” Rasanya saya gagal. Saya perlu me-reset kelas saya.
Saya kemudian paham bahwa pembelajaran tidak akan efektif jika hanya terkesan penugasan tanpa interaksi, diskusi, kolaborasi, dan refleksi. Sama sekali tidak ada negosiasi makna didalamnya. Saya memerlukan tool dan platform sebagai alternatif ruang kelas, susunan meja kursi yang menentukan kegiatan belajar apakah pair work atau group work, papan tulis atau proyektor, map presensi, media ajar, tuturan guru, serta interaksi warga kelas. Google Classroom, Padlet, dan Animoto atau kadang-kadang screen recorder kemudian saya jadikan andalan. Akhir dari setiap pertemuan biasanya diakhiri dengan kuis di Quizizz, KWL Chart di Padlet, dan ataupun berupa proyek.
Hal mengesankan, setidaknya bagi saya, adalah diskusi kelas sangat efektif dan produktif terlaksana di Padlet dengan hint pertanyaan yang berangsur dari LOTS ke HOTS. Saya takjub melihat mahasiswa rela meluangkan waktu untuk berinteraksi daring disana. Terlebih mereka mampu menganalisis video ajar, mengidentifikasi prosedur dan teknik pembelajaran, hingga menyimpulkan seperti apa sesungguhnya praktik baik sebuah pembelajaran itu harus dilakukan. Sehingga, hasil pembelajaran rasanya berkebalikan dengan pendekatan yang saya lakukan ketika di awal PJJ.
Untuk menilai kemajuan pemahaman mahasiswa, saya mengamatinya melalui KWL Chart. Saya modifikasi 10 pertanyaan dan instruksi di Padlet, diantaranya: Things you learned today, Things that made you say, "WOW!" (Something that makes you feel surprised or say "Oh, I didn't know that!), What do you need to review tonight? What does your teacher need to reteach next week? Why? Lalu, diakhiri dengan pertanyaan HOTS yang berkaitan dengan topik diskusi.
Pembelajaran berbasis proyek pun tak luput menjadi alternatif di kelas saya. Proyek individual yang dibuat berupa digital storytelling dengan menggunakan beberapa aplikasi dan tool. Sedangkan proyek kelompok berupa desain buku ajar. Saya sangat terkesan dengan karya-karya mahasiswa yang hasil akhirnya jauh lebih kreatif dibanding contoh yang saya buat. Penutup dari pembelajaran daring yang saya lakukan adalah esai reflektif yang memuat refleksi dan evaluasi mahasiswa selama pengerjaan proyek.
Terkadang saya terlalu terpaku pada silabus dan mengesampingkan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan metakognitifnya. Dengan melihat refleksi mahasiswa, saya pun terbantu untuk berefleksi. Saya tidak khawatir silabus tidak semua tercapai karena saya cukup puas dengan melihat mahasiswa bangga menampilkan karyanya dan mereka merasa “memiliki” pembelajaran yang mereka lalui selama masa-masa sulit ini.
  49
























































































   55   56   57   58   59