Page 60 - Semangat Berbagi Semangat Menginspirasi (1)
P. 60
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi!
PJJ: Saatnya Bapak Ibu Guru (juga) Belajar
Oleh: Anis Widjiyanti -SMKN 1 Kota Sukabumi, Jawa Barat
Masih segar dalam ingatan saya hari itu, Jum’at 13 Maret 2020. Saya menutup kelas dengan kabar gembira. Karena akan diadakan UNBK untuk jenjang SMK, maka siswa kelas X dan XI belajar di rumah. Dengan kata lain mereka akan libur minggu berikutnya. Saya juga menyempatkan diri melihat persiapan UNBK yang direncanakan dilaksanakan pada hari Senin, 16 Maret 2020. Komputer, yang sebagian baru telah rapi terpasang di enam ruangan yang lantainya telah dipel bersih dan meja proktor telah dipasang taplak dan diberi bunga. Everything and everyone was ready. Namun apa yang terjadi, UNBK dibatalkan dan para siswa tak kembali ke sekolah.
Rasanya baru tujuh hari yang lalu. Tanpa terasa telah tujuh bulan berlalu. Saat diumumkan sekolah akan ditutup, sekolah membentuk gugus tugas yang terdiri dari para pendidik yang memiliki kemampuan IT lebih baik untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran pada minggu awal ditujukan untuk mengkomunikasikan tentang virus baru yang menyebabkan sekolah ditutup. Sekolah belum bersiap bahwa penutupan sekolah akan berlangsung lama. Namun, seiring berjalannya waktu, jelaslah bahwa pembelajaran jarak jauh bukanlah sebuah selingan namun harus dilaksanakan menggantikan pembelajaran konvensional. Tim kurikulum pun bersiap kembali untuk melatih semua guru untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Komputer yang telah disiapkan untuk UNBK digunakan untuk melatih para guru.
Kegilaan menyerang pada minggu-minggu awal pembelajaran daring. Saya menyebutnya apps Frenzy. Semua aplikasi yang ditawarkan dicoba. Saya begitu bersemangat, demikian pula siswa saya. Akan tetapi, satu persatu siswa saya hilang ketika aplikasi yang digunakan semakin rumit dan ruangan dalam telepon pintar mereka semakin sempit. Saya pun mulai berfikir ”What am I doing? Am I teaching English or teaching my students new apps?”
Kemudian saya belajar melepaskan sebagian ego saya sebagai guru yang biasa berada memimpin di depan kelas. Saya bertanya kepada siswa saya apa yang mereka harapkan dari pembelajaran Bahasa Inggris secara daring. Saya juga menanyakan bagaimana sebaiknya pelajaran disampaikan.
Saya mendengarkan mereka dan mengakomodasi keinginan mereka selama bisa dilaksanakan. Dari siswa sayalah akhirnya saya belajar bahwa pembelajaran jarak jauh bukan hanya tentang menggunakan aplikasi yang terbaru dan tercanggih, namun lebih kepada bagaimana guru meramu dan menyajikannya kepada siswa. Setelah itu guru mundur untuk membiarkan siswa yang menentukan bagaimana mereka akan belajar.
Seperti halnya banyak hal baru lainnya, pembelajaran jarak jauh menuai banyak kritik. Namun diakui atau tidak oleh masyarakat kita saat ini, pembelajaran jarak jauh yang dipaksakan untuk dilaksanakan karena pandemi ini adalah sebuah sneak peek pembelajaran di masa depan. Dalam beberapa dekade ke depan sekolah masih akan ada, profesi guru juga masih akan ada. Tetapi bagaimana sekolah beroperasi dan bagaimana guru berperan akan berubah. Untuk itu guru harus mau belajar untuk berubah. Di saat yang tak terduga seperti sekarang ini, guru dipaksa untuk belajar kembali sama keras dan giatnya dengan para siswa sehingga saat kembali ke kelas nanti telah siap dengan semua tantangan di masa depan.
‘Dari siswa sayalah akhirnya saya belajar bahwa pembelajaran jarak jauh bukan
hanya tentang menggunakan aplikasi yang terbaru dan tercanggih, namun
lebih kepada bagaimana guru meramu dan menyajikannya kepada siswa.’
52