Page 64 - Semangat Berbagi Semangat Menginspirasi (1)
P. 64
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi!
Home Visit di Masa Pembelajaran Daring Oleh: Ivan Sofyan - SMAN 1 Sukatani, Purwakarta, Jawa Barat
Di saat pandemik banyak peserta didik yang tidak begitu peduli dengan pembelajaran daring. Banyak diantara mereka tidak mengikuti pembelajaran beralasan tidak memiliki paket data, gawai rusak, dan ketinggalan informasi. Selain itu mereka pun merasa bosan dengan pembelajaran daring karena merasa terbebani dengan banyaknya tugas, kegiatan pembelajaran yang monoton, ketidakpahaman akan materi, dan bisa juga karena lemahnya daya baca. Kasus-kasus yang mungkin dilakukan peserta didik diantaranya; tidak mengikuti pembelajaran, terlambat mengerjakan tugas, mengerjakan tugas asal jadi, dan menyontek pekerjaan teman.
Home visit (Kunjungan Rumah) merupakan senjata wali kelas dan guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam mengatasi masalah belajar yang dialami peserta didik di masa pembelajaran daring. Home visit merupakan salah satu layanan pendukung untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya tentang peserta didik baik itu mengenai dirinya sendiri dan kondisi orang tuanya. Dengan home visit wali kelas / guru BK bisa melakukan konseling di rumah peserta didik secara langsung sehingga penanganan masalah cepat terselesaikan.
Wali Kelas bersama-sama dengan guru mata pelajaran berkolaborasi memetakan peserta didik yang tidak aktif dalam proses pembelajaran daring. Kemudian dilakukan home visit untuk memperoleh informasi yang sebenarnya tentang peserta didik tersebut. Setelah diperoleh informasi alasan tidak ikut daring, guru BK harus memberikan layanan konseling.
Metode home visit menjadi pilihan sebagian guru untuk memahami individu peserta didiknya. Metode ini memiliki manfaat sekaligus hambatan sehingga guru perlu melakukan telaah dengan cermat sebelum mengambil kesimpulan.
Di antara manfaat dari metode home visit antara lain; pertama, menambah kelengkapan data/ informasi tentang peserta didik melalui wawancara dengan orang tua, dan hasil observasi suasana di rumah. Mendapatkan gambaran lebih utuh tentang kehidupan dan keseharian peserta didik di lingkungan keluarga dan sosial sekitar, dan bahkan tingkat religiusitasnya.
Kedua, memberi penjelasan tentang keadaan peserta didik dalam pembelajaran daring kepada orang tua sehingga terbangun kerja sama antara sekolah dan rumah.
Ketiga, mengembangkan tingkat kepedulian orang tua terhadap masalah anak. Guru dapat menggali informasi sekaligus mengukur tingkat komitmen mereka terhadap pendidikan anak mereka. Sehingga memungkinkan adanya sinergi yang dibutuhkan untuk mendukung kemajuan peserta didik. Mereka bisa diajak secara aktif memantau perkembangan peserta didik.
Keempat, memecahkan persoalan dan hambatan yang dihadapi peserta didik secara lebih komprehensif. Guru akan mendapatkan informasi tentang kondisi belajar peserta didik selama di rumah. Sehingga memiliki solusi yang bisa ditawarkan kepada orang tua peserta didik.
Meskipun begitu, metode memahami individu dengan cara home visit tidak luput dari hambatan, diantaranya ; Pertama, dari segi sumber daya, metode ini memerlukan waktu, biaya, dan tenaga yang lebih banyak ketimbang metode lain. Oleh karena itu home visit tidak perlu dilakukan untuk seluruh peserta didik, hanya untuk mereka yang permasalahannya cukup besar saja.
Kedua, home visit melibatkan peran kedua belah pihak. Kesediaan guru dan kesediaan orang tua untuk menerima. Besar kemungkinan ada orang tua peserta didik yang enggan untuk dikunjungi entah karena kesibukan mereka atau faktor lain seperti alasan privasi.
Ketiga, ada peluang orang tua tidak memberikan informasi penting tentang putra/i-nya sehingga tujuan yang diharapkan justru tidak bisa didapatkan.
Sumber :
Nazarudin. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Teras, 2007. Nurul Yaqien, “Esensialitas Home Visit dalam Pendidikan,”
https://www.bimbingankonseling.web.id/2020/07/home-visit-bimbingan-konseling.html
56