Page 17 - PAH 7.2
P. 17

ajaran dharma  adalah  apa  yang dapat  menahan dan melindungi kita   dari
                    kejatuhan seperti ini.

                    8.  Kitab Sarascamuscaya–Sloka 9
                      “Hana pwa tumemung dadi wwang, wimukha ring dharmasadhana, jenek

                         ring arthakama arah,lobhambeknya, ya ika kabancana ngaranya”
                    Terjemahan:

                        Bila ada yang beroleh kesempatan menjadi orang (manusia), ingkar

                        akan pelaksanaan dharma; sebaliknya amat suka ia mengejar harta
                        dan kepuasan nafsu serta berhati tamak; orang itu disebut kesasar,
                                          tersesat dari jalan yang benar.

                    9.  Kitab Sarascamuscaya–Sloka 487
                         “ nayamatyantasamvasah kadacit kenacit saha, api svena marirena
                                              kimutanyena kenacit”
                    Terjemahan:

                        Tidak ada yang namanya pertemuan langgeng. Suatu saat bertemu
                        suatu saat tidak bertemu. Betapa tidak langgengnya itu. Pertemuan

                           anda dengan badan wadah anda ini pun tidak langgeng pada
                            hakekatnya. Tak usah pula menyebutkan yang lain-lainnya.
                           Sebagai contoh, sedangkan dengan tangan, kaki, dan lain-lain

                         anggota badan kita sendiri pun pada akhirnya akan berpisah pula.

                        Sloka  Sarascamuscaya  9  dan  487  menyatakan  bahwa  memperoleh

                    kesempatan lahir sebagai manusia sangat utama. Jika ingkar melaksanakan
                    ajaran dharma, hanya suka mengejar harta dan kepuasan nafsu, serta berhati

                    tamak, maka orang seperti itu menyalahgunakan kesempatan lahir sebagai
                    manusia. Harta, kepuasan nafsu, dan kebutuhan duniawi sifatnya tidaklah
                    kekal.  Hendaknya  jika  mencari  harta  dan  kepuasan,  dharmalah  yang
                    menjadi  landasannya,  sehingga  pada  akhirnya  dapat  tercapai  kebebasan
                    atau bersatunya ̄tm̄n dengan Hyang Widhi Wasa (Brahman).










                                                            Bab 2 ̄tm̄n Sebagai Sumber Hidup | 47
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22