Page 15 - PAH 7.2
P. 15
4. Kitab Bhagavadgita, II. 25
“avyakto ’yam acintyo ’yam
avikãryo ’yam uchyate
tasmãd evam viditvai ‘nam
nã ‘nusochitum arhasi”
Terjemahan:
Dia dikatakan tidak termanifestasikan
tidak dapat dipikirkan, tidak berubah
dan mengetahui halnya demikian
engkau hendaknya jangan berduka.
Sloka di atas mengatakan bahwa ̄tm̄n tidak dapat dipikirkan, tidak
mengalam perubahan, da kekal selamanya. Oleh karena sifat ̄tm̄n sangat
gaib (halus) sama seperti Hyang Widhi Wasa, tidak dapat dilihat dengan
panca indera, namun keadaan Beliau dapat dirasakan melalui ciptaan-Nya.
5. Kitab Bhagavadgita, II. 30
“dehī nityam avadhyo ’yaṁ
dehe sarvasya bh̄rata
tasm̄t sarv̄ṇi bhūt̄ni
na tvaṁ śhochitum arhasi”
Terjemahan:
penghuni badan setiap orang semua
tidak akan dapat dibunuh
karenanya, oh Barata, janganlah duka
atas kematian makhluk manapun.
Maksud dari sloka ini menyatakan betapa jiwa atau ̄tm̄n itu sebagai
penghuni badan tidak bisa dibunuh, yang dapat dibunuh adalah badan.
Bab 2 ̄tm̄n Sebagai Sumber Hidup | 45