Page 4 - PAH 7.3
P. 4
Karena persembahan, hujan turun
Dan persembahan lahir karena kerja.
Sloka di atas melukiskan hubungan antara manusia dengan Hyang
Widhi Wasa, antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan
alam. Contoh yang mudah dipahami, misalnya ketika kondisi tanah tandus,
tidak ada pohon-pohon, maka hujan pun tidak akan turun. Akan tetapi jika
tanah-tanah tandus tersebut diolah dengan semangat kegotong royongan,
kerjasama, dan persembahan yang tulus kepada Hyang Widhi Wasa, maka
tanah yang tandus pun dapat berubah menjadi hutan yang lebat, dan
hujan pun akan turun. Dengan adanya air, makhluk akan hidup, dan hidup
bersumber dari Hyang Widhi Wasa (Brahman). Keharmonisan itu tidaklah
serta merta datang, tetapi harus dibangun dan diusahakan bersama-sama.
Dalam kitab Atharvaveda, Bab XII, 1. 56 juga dinyatakan sebagai berikut.
“Ye grãmã yadaraṇyaṁ yãḥ sabhã adhi bhūmyãm, ye samgrãmãh
samitayasteṣu cãru vadema te”.
Terjemahan:
Desa-desa, hutan, perkumpulan, tamu, dan pertemuan yang ada
di muka bumi ini – semoga perkataan kami menjadi terdengar
menyenangkan di telinga orang banyak tersebut.
Berdasarkan sloka di atas, warga-warga desa, hutan, organisasi, para
pendatang, dan dalam pertemuan-pertemuan di muka bumi ini, dapat
mendengarkan kata-kata yang menyenangkan sehingga keharmonisan,
kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan dapat diwujudkan, maka
pelaksanaan tri hita karana akan dapat berjalan dengan baik.
Mari Berlatih
Setelah kalian membaca materi pembelajaran di atas, buatlah masing-masing
lima pertanyaan singkat. Diskusikan dengan teman di bangku sebelahmu
untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan yang telah dibuat.
58 | Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VII