Page 6 - PAH 7.3
P. 6
melontarkan perkataan yang berisi hal-hal yang tidak suci, tidak
pula kotoran-kotoran lain, tidak pula darah atau hal-hal yang
berbisa.
Dari Sloka di atas telah jelas bahwa sebagai manusia, kita harus
menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan Hyang Widhi
Wasa, antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan alam
lingkungan tersebut. Melalui revitalisasi pendidikan berbasis tri hita karana,
diharapkan para generasi muda memiliki etika dan akhlak mulia untuk
mengimplementasikan konsep ajaran Tri Hita Karana.
Sarasamuccaya, sloka 371
Janganlah berfoya-foya membuang-buang waktu, apa yang rencanannya
dikerjakan besok, kerjakanlah sekarang juga. Apa yang rencananya
dikerjakan sore nanti, pagi inilah dikerjakan, karena sesungguhnya maut
tidak menunggu, tidak peduli apa yang sudah ataukah belum selesai suatu
pekerjaan itu.
Maksud dari sloka di atas, Hyang Widhi Wasa sebagai penguasa
kelahiran, kehidupan, dan kematian tidak pernah membocorkan rahasia
kematian. Maka dari itu jalinlah hubungan yang harmonis antara manusia
dengan Hyang Widhi Wasa tanpa menunda-nunda kewajiban yang harus
dikerjakan. Sehingga pada saat dipanggil kematian, tidak penuh penderitaan,
tetapi justru mendapatkan kelancaran untuk mencapai kebebasan.
Sarasamuccaya, sloka 309
Meski hanya sedikit saja kepandaian tetapi kalau terus bersahabat dengan
orang-orang yang pandai, kepandaian itu akan bertambah, meluas. Seperti
setetes minyak yang jatuh ke dalam air jernih, meluaslah minyak yang
setetes itu di dalam air itu.
Maksud dari sloka tersebut di atas, hendaknya pintar-pintar dalam
memilih teman. Bersahabat lah dengan orang yang berilmu, karena ilmu itu
akan meluas dan mempengaruhi perilaku kita. Memilih sahabat itu sangat
60 | Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VII