Page 233 - FIKIH MA KELAS XI
P. 233

Dua masalah tersebut berasal dari Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Tsabit.

                         Kemudian  disepakati  oleh  Jumhur  Fuqaha.  Dua  hal  tersebut  diatas  dianggap
                         sebagai  masalah  karena  jika  di  bagi  dengan  perhitungan  yang  umum,  bapak

                         memperoleh  lebih kecil dari pada  ibu. Untuk  itu dipakai pedoman penghitungan
                         khusus sebagaimana dibawah ini :


                                 untuk masalah pertama maka bagian masing-masing adalah suami 1/2, ibu

                         1/3  sisa  (setelah  diambil  suami)  dan  bapak  ‘ashobah.  Misalkan  harta
                         peninggalannya adalah Rp. 30.000.000,-. Maka cara pembagiannya adalah sebagai

                         berikut :

                         Suami 1/2 x Rp. 30.000.000,-          = Rp. 15.000.000,-
                         (sisanya adalah Rp. 15.000.000,-)


                         Ibu 1/3 x Rp.15.000.000,-            = Rp. 5.000.000,-
                         Bapak (‘ashobah)                     = Rp. 10.000.000,-
                         Jumlah                               = Rp. 30.000.000,-



                                 dan begitu pula untuk pembagian pada masalah ke-2 yakni dengan ahli
                          waris istri 1/4, ibu 1/3 sisa (setelah diambil hak istri) dan bapak ‘ ashobah.


                         Musyarakah

                               Musyarakah atau musyarikah ialah yang diserikatkan. Yaitu jika ahli waris
                        yang  dalam  perhitungan  mawaris  memperolah  warisan  akan  tetapi  tidak

                        memperolehnya, maka ahli waris tersebut disyarikatkan kepada ahli waris lain yang
                        memperolah bagian.

                               Masalah ini terjadi pada ahli waris terdiri dari suami, ibu, 2 orang saudara
                        seibu  dan  saudara  laki-laki  sekandung,  yang  jika  dihitung  menurut  perhitungan

                        semestinya mengakibatkan saudara laki-laki sekandung tidak memperoleh warisan.

                        Dalam masalah ini, menurut Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Zaid yang
                        diikuti oleh Imam Tsauri, Syafi’i dan lain-lain, pembagian tersebut tidak adil.

                               Maka, untuk pemecahannya saudara kandung disyarikatkan dengan saudara
                        seibu didalam baigiannya yang 1/3. sehingga penyelesaian tersebut dapat diketahui

                        dalam pembagian berikut :







                      FIKIH MA PEMINATAN IPA, IPS, BAHASA & MA KEJURUAN KELAS XI                   169
   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238