Page 172 - KEMUHAMMADIYAHAN 03
P. 172
yang statis menuju pola pemikiran yang dinamis. Dalam hal
74
ini tampak pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang mencoba
melakukan pembaharuan pendidikan agar tidak statis, namun
harus berfikir kritis dan dinamis sehingga umat Islam bisa
keluar dari pembodohan yang dilakukan oleh kolonial belanda
dan Jepang.
KH. Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan dengan
cara menggabungkan sistem pendidikan Islam yakni sistem
pondok pesantren dengan pendidikan Barat yang keduanya
mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga baik. Dua
model pendidikan tersebut, diharapkan melahirkan anak didik
yang berkepribadian utuh, berakhlak mulia dan berguna bagi
masyarakat. Semua itu tercermin dalam Cita-cita pendidikan
yang dikembangkan KH. Ahmad Dahlan yaitu terbentuknya
manusia muslim yang baik (alim dalam ilmu-ilmu agama), luas
pandangan (alim dalam ilmu-ilmu dunia atau umum) bersedia
berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
KH. Ahmad Dahlan menerapkan sistem penggabungan
tersebut ke dalam sekolah dan madrasah, seperti sarana fisik,
bangku, meja dan papan tulis di samping administrasi dan
organisasi lebih tertib sebagaimana yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pemerintah. Murid-muridnya tidak lagi duduk
di lantai seperti halnya kebiasaan di pesantren. Demikian pula
74
Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,
2002), 100.
159