Page 229 - KEMUHAMMADIYAHAN 03
P. 229
sekalipun ada seorang warga Muhammadiyah yang terlibat
dalam parlement.
106
Pada tanggal 9 Mei 1966 ketika Muhammadiyah dipimpin
KH. Fakih Usman, berusaha memperjuangkan partai Masyumi
agar aktif kembali dan mendesak pemerintah Indonesia namun
pemerintah Indonesia tidak meresponnya. Kemudian mantan
ketua umum partai Masyumi mengirimkan surat kepada
pemerintah Indonesia ketika dipimpin oleh Soeharto. Namun
pemerintah menolak dengan alasan Yuridis, ketatanegaraam
dan psikologis telah membuat ABRI pada satu pendirian tidak
107
dapat menerima rehabilitasi partai Masyumi.
Kegagalan rehabilitasi masyumi mendorong elite-elite
Muhammadiyah untuk membentuk partai Islam baru yang
terpisah dari Masyumi. Keluarga besar dari Bulan Bintang
bersama-sama memikirkan adanya partai alternatif sebagai
jalan tengah dari kemandekan dialog untuk rehabilitasi partai
masyumi. Akhirnya dibentuk tim tujuh yang diketuai oleh KH.
Fakih Usman. Hasil dari kesepakatan itu dibentuknya Partai
Muslimin Indonesia (Parmusi).
Pada awalnya Parmusi diproyeksikan menjadi salah satu
amal usaha Muhammadiyah di bidang politik akan tetapi
tampaknya sulit diwujudkan. Salah seorang elitenya yang
ditunjuk oleh pemerintah untuk memimpin parmusi tidak
106 Syarifuddin Jurdi, Muhammadiyah dalam Dinamika Politik
Indonesia 1966-2006 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 176-177.
107 Ibid., 179.
216