Page 21 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 21

2     Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            van  het  Adatrecht   telah memberikan  sumbangan besar
                             1
            dengan  melakukan  sistematika  dan  ruang  lingkup  dari
            hukum adat di Indonesia. Di dalam buku tersebut Ter Haar
            memperkenalkan 2  (dua) jenis  penguasaan  atas  tanah
            yaitu tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat, disebut
            dengan hak pertuanan (beschikkingsrecht) dan tanah yang
            dikuasai oleh perseorangan. Dalam kepustakaan hukum,
            hak pertuanan lebih populer dengan nama hak ulayat. Hak
            ulayat dan hak perseorangan atas tanah ini di Indonesia

            dikenal dengan berbagai nama serta berbagai karakteristik
            sesuai  dengan  kondisi  sosial  budaya  di masing-masing
            daerah. 2
                Hak ulayat ada karena adanya hubungan hukum antara
            masyarakat adat (sebagai subyek) dengan ulayatnya (sebagai

            obyek) yang melahirkan kewenangan bagi subyek tersebut
            untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum. Kewenangan
            tersebut meliputi: (1) mengatur  penggunaannya; (2)
            mengatur dan menentukan hubungan hukum antara orang



            1   Diterjemahkan ke  dalam bahasa Indonesia  dengan judul
                “Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat”.
            2   Herman Soesangobeng  tidak mempergunakan kata hak,
                tetapi hukum (ulayat), sebab menurut beliau ulayat bukanlah
                hak,  tetapi  suatu lembaga. Lihat Herman Soesangobeng,
                2000, “Pendaftaran Tanah Ulayat Di Sumatera Barat Dengan
                Contoh Pilot Proyek Pendaftaran Tanah Di Desa Tigo Jangko
                Kecamatan Lintau Buo Kabupaten  Tanah Datar”  dalam
                Tanah Ulayat Di Sumatera Barat. Himpunan Makalah dan
                Rumusan Workshop. Diselenggarakan oleh Kantor Wilayah
                Badan Pertanahan Nasional Propinsi Sumatera Barat pada
                tanggal 23-24 Oktober 2000 di Padang.
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26