Page 25 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 25

6     Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            ulayat sebagai natural rights itu dikonversi menjadi natural
            law di dalam hukum positif.
                Konsep ulayat tidak diadopsi oleh semua negara dalam
            hukum positifnya. Di negara-negara Eropa, hak ulayat tidak
            diatur  dalam konstitusinya,  sebab,  bagi negara-negara
            industri  hak kepemilikan  secara individu merupakan
            fondasi  terpenting dalam  pengembangan  produksi dan

            industrialisasi. Individualisasi hak merupakan prakondisi
            bagi hak kebebasan yang memungkinkan persaingan dan
            kontraktual.
                Di negara-negara bekas komunis serta negara dunia

            ketiga  yang bercorak  agraris,  soal  ulayat mendapatkan
            tempat penting dalam pembentukan  negara  modernnya.
            Di Afrika, perjuangan  hak ulayat  oleh  masyarakat  asli
            atau masyarakat adat merupakan alasan utama menuntut
            kemerdekaan  dan membentuk  republik.  Di Indonesia,
            pengingkaran akan hukum adat dan hak ulayat mendorong
            sistem hukum tanah nasional untuk memberikan tempat
            akan eksistensi hak ulayat. Pasal 3 dan Penjelasan Umum
            II (3) UUPA mengaskan bahwa hak ulayat diakui, dengan

            beberapa  pembatasan  dalam kerangka Negara Kesatuan
            Republik Indonesia.
                Untuk memahami hak  ulayat, haruslah  dipahami
            6  (enam) ciri dari  hak  tersebut. Van Vollenhoven dalam

            bukunya  Miskenningen  van  het Adatrecht (Pengingkaran
            terhadap  hukum  adat),  1909  menyampaikan  ciri-ciri
            tersebut sebagai berikut:
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30