Page 29 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 29

10    Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


                oleh yang bersangkutan akan mendapat tegoran dari
                masyarakatnya,  dan  selanjutnya yang  bersangkutan
                akan  dikenakan  hukuman berupa  kewajiban berupa
                ganti rugi kepada masyarakat


                Prinsip kedua tersebut mengandung arti bahwa semua
            hak-hak perorangan  – baik hak milik ataupun hak pakai
                              9
            – berada pada atau membebani  hak ulayat yang bersifat
            komunalistik  tersebut.  “Dengan demikian,  pemakaian

            atau pemanfaatan hak ulayat oleh hak perorangan itu tidak
            mengakibatkan hilang atau tersisihkan tanah hak ulayat.
            Segala macam hak perorangan atas hak ulayat tetap hanya
            menumpang saja di atas hak ulayat”.
                                            10
                Lahirnya  hak  perorangan  yang  menumpang di  atas

            hak ulayat tersebut terjadi  karena 2  (dua) prinsip, yaitu:
            Pertama,  hak atas  tanah  lahir atas  tanah  persekutuan
            hukum  adat  yang bersifat komunal.  Artinya,  semua
            hak  individual  atas  tanah dipastikan  berasal dari  tanah
            komunal  yang disebut dengan  beschikkingsrecht. Oleh




            9   Hak perseorangan ialah hak yang diberikan kepada warga
                ataupun orang  luar atas  sebidang  tanah  yang  berada di
                wilayah hak  purba  persekutuan  yang bersangkutan, lihat
                Iman Sudiyat, 1981,  Hukum  Adat,  Sketsa  Asas,  Penerbit
                Liberty, Yogyakarta, hlm. 8.
            10  H.  Moh.  Koesnoe,  “Prinsip Prinsip Hukum  Adat  Tentang
                Hak  Atas  Tanah”  dalam M.  Ali Boediarto (Editor),  2002,
                Kapita Selekta Hukum Adat. Suatu Pemikiran Baru Prof. Dr.
                H.  Moh. Koesnoe,  S.H., Penerbit  Varia Peradilan – Ikatan
                Hakim Indonesia, Jakarta, hlm. 129.
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34