Page 32 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 32
Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat 13
menguasai. Ulayat juga berarti wilayah. Banyak daerah
14
mempunyai nama untuk lingkungan wilayahnya itu,
misalnya tanah wilayah sebagai kepunyaan (pertuanan
– Ambon), sebagai tempat yang memberi makan
(panyampeto – Kalimantan), sebagai daerah yang dibatasi
(pewatasan – Kalimantan, wewengkon – Jawa, prabumian
– Bali) atau sebagai tanah yang terlarang bagi orang lain
(totabuan – Bolaang Mongondouw). Akhirnya dijumpai
juga istilah-istilah: Torluk (Angkola), limpo (Sulawesi
Selatan), muru (Buru), payar (Bali), paer (Lombok) dan
ulayat (Minangkabau). “Di Aceh, tanah ulayat disebut
15
dengan tanoh mukim (public communal land), tanoh
umum (public land), tanoh rakyat (the people’s land) dan
tanoh masyarakat (the community’s land)”.
16
Penguasaan tanah lingkungan oleh rakyat sebagai satu
kesatuan di dalam hukum Adat disebut dengan satu istilah,
14 Syahmunir, “Kedudukan Wanita dalam Kepemilikian
Hak Ulayat di Minangkabau” dalam Alfan Miko, 2006,
Pemerintahan Nagari dan Tanah Ulayat, Penerbit Andalas
University Press, Padang, hlm.202.
15 Boedi Harsono, 1997, Hukum Agraria Indonesia. Sejarah
Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan
Pelaksanaannya, Jilid I Hukum Tanah Nasional, Penerbit
Djambatan, Jakarta, hlm.180.
16 El Hakimy dalam Daniel Fitzpatrick, “Tatkala bencana
alam menghadang: Kelenturan dan kelemahan hukum
pertanahan Indonesia” dalam Myrna A.Safitri dan Tristam
Moeliono (Penyunting), 2010, Hukum Agraria dan
Masyarakat Indonesia, Penerbit HuMa, van Vollenhoven
Institute dan KITLV-Jakarta, hlm.254.