Page 132 - Modul Perkuliahan Getaran dan Gelombang FlipDFP Pro
P. 132

8.3 Pelayangan Gelombang

                        Dalam  situasi  dimana  dua  gelombang  bunyi  dengan  frekuensi
                  sama  bertemu,  Anda  telah  melihat  bagaimana  prinsip  superposisi

                  linear  dapat  menjelaskan  interferensi  konstruktif  dan  interferensi
                  destruktif.  Bagaimana  jika  dua  gelombang  bunyi  dengan  frekuensi

                  berbeda  sedikit  bertemu?  Ternyata,  prinsip  superposisi  linear  juga

                  dapat menjelaskan fenomena layangan.






























                             Gambar  8.14  Prinsip  superposisi  linear  juga  dapat
                             digunakan untuk menjelaskan fenomena layangan. Di sini,
                             seorang  pemain  piano  menyetel  nada  pianonya  dengan
                             bantuan software dan layangan.


                      Garpu  tala  memiliki  sifat  menghasilkan  bunyi  dengan  frekuensi

                  tunggal  ketika  digetarkan.  Gambar  8.15  menunjukkan  gelombang
                  bunyi  yang  dihasilkan  oleh  dua  garpu  tala  yang  diletakkan  sejajar.

                  Kedua garpu tala dalam gambar adalah identik dan menghasilkan nada

                  dengan frekuensi 440 Hz. Salah satu garpu ditempeli dengan segumpal
                  kecil dempul sehingga frekuensinya berkurang menjadi 438 Hz. Ketika

                  kedua garpu tala digetarkan serentak, kuat bunyi yang dihasilkan naik
                  dan  turun  secara  periodik-lemah,  kuat,  kemudian  lemah,  kemudian

                  kuat,  dan  seterusnya.  Variasi  kuat-lemahnya  bunyi  secara  periodik







                  122                            Wahyudi, S.Pd, M.Si, dkk/ Modul Perkuliahan Getaran dan Gelombang
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137