Page 25 - E-BOOK
P. 25
Birokrat Senior Bekerja dengan Hati “Antara Biografi dan Karya Pengabdian”
Selama di perantauan, surat menjadi media penghubung komunikasi Frans Pekey
dengan keluarganya karena saat itu jaringan telekomunikasi, khususnya telepon
belum menjangkau sampai kampung halamannya. Hanya sesekali Ayahnya
menelepon Frans Pekey ketika sedang melakukan perjalanan dinas ke Kota Nabire,
yang merupakan Ibu kota Kabupaten Paniai saat itu.
“Kalau Bapak saya sewaktu-waktu turun Dinas ke Nabire, melalui telepon umum
pakai koin telepon saya,” kenang Frans Pekey.
Telepon dari sang Ayah menjadi saat yang ditunggu-tunggu oleh Frans Pekey.
Sang Ayah biasanya menanyakan kabar kesehatan putra tertuanya tersebut, lalu
kegiatan perkuliahan dan tidak lupa berpesan agar putranya itu selalu berdoa serta
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Meski terkesan normatif, namun komunikasi dengan sang Ayah menjadi pengobat
rindu bagi Frans Pekey. Dia pun selalu berusaha membuat Ayah dan Ibundanya tidak
khawatir, dengan menyampaikan bahwa dirinya selalu dalam lindungan Tuhan dan
24
baik-baik saja selama di perantauan. Tidak lupa, dia juga selalu menitipkan salam
kepada ibu dan adik-adiknya melalui sang Ayah.
Keluarga bagi Frans Pekey adalah segala-galanya, sekaligus motivasi untuk selalu
melakukan yang terbaik, terutama dalam menempuh pendidikan.
Oleh karena itu, dia memanfaatkan betul kesempatannya menimba ilmu di Uncen.
Baginya yang merupakan anak kampung dari wilayah pegunungan nun jauh di sana,
menimba ilmu di Uncen adalah sebuah kesempatan emas yang tidak boleh disia-
siakan. Kuliah di Uncen juga menjadi momentum bagi dirinya untuk meningkatkan
kapasitas diri dan merubah nasib.
Untuk itu, dia selau bersungguh-sungguh mengikuti segala kegiatan perkuliahan.
Maka tak heran jika Frans Pekey dikenal sebagai mahasiswa yang cukup berprestasi
di Uncen dan mampu menyelesaikan studinya dalam kurun waktu empat tahun,
yaitu dari tahun 1987 hingga 1991; dan diwisuda pada tanggal 24 Februari 1992,
dengan indeks prestasi komulatif (IPK) 3,08.