Page 16 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 MEI 2019
P. 16
Title BURUH PABRIK TEKSTIL KHAWATIR DI-PHK SETELAH LEBARAN
Media Name republika.co.id
Pub. Date 30 Mei 2019
https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/psb1dz382/buru h-pabrik-tekstil-
Page/URL
khawatir-diphk-setelah-lebaran
Media Type Pers Online
Sentiment Negative
Industri tekstil di Jabar banyak yang lampu kuning karena usahanya terus merosot
di tengah serbuan produk impor. Buruh tekstil di Jabar pun, mulai banyak yang
khawatir mendapat pemutusan hubungan kerja (PHK).
Menurut Wakil Ketua Bidang Organisasi SPSI Kabupaten Bandung yang juga
Anggota Dewan Pengupahan, Mulyana, kondisi usaha tekstil di Jabar saat ini
mengalami persoalan karena terus menurunnya produksi.
"Setelah hari raya, kami semua khawatir dengan keberlangsungan usaha ini
bagaimana. Nanti, akan ada pengurangan produksi lagi sampai perumahan nggak,"
ujar Mulyana kepada wartawan di Bandung, Kamis (30/5).
Menurut Mulyana, terpuruknya kondisi tekstil di Jabar terjadi karena beberapa hal.
Pertama, karena pabrik sempat diberhentikan dengan adanya program Citarum
Harum karena ada limbah. Akibatnya, sempat terjadi pengurangan karyawan.
"Tapi kalau Citarum, dampaknya nggak lama. Tekstil bisa pulih lagi," katanya.
Saat program Citarum Harum, kata dia, pengaruh ke karyawan hanya jam lembur
yang dikurangi. Sehingga, buruh yang biasanya bisa mendapatkan uang lembur dan
gaji Rp 4 juta, hanya mendapat uang gaji saja.
Saat ini, kata dia, yang paling berat dan harus dihadapi pengusaha tekstil adalah
persaingan produk tekstil impor yang membanjiri Indonesia. Banyaknya produk
impor, membuat pengusaha tekstil mengurangi produksinya.
"Hampir semua perusahaan tekstil di Kabupaten Bandung mengalami penurunan.
Beberapa perusahaan sudah merumahkan karyawan misalnya Naga Sakti, Alena
Tex, Rama Tex, dan lainnya.
Mulyana berharap, pemerintah segera melakukan upaya untuk mengendalikan
barang impor agar produksi lokal bisa bertahan. "Persaingan dengan produk impor
itu sangat sulit pasar lokal nggak keserap. Pengusaha dan karyawan khawatir
karena banyak teman-teman yang dirumahkan," katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Konfederasi SPN dan Anggota Komite Pengawas
Page 15 of 166.