Page 173 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 AGUSTUS 2020
P. 173
Itu baru pasar domestik. Di pasar ekspor-impor, dampaknya lebih besar lagi. Pabrik ditutup,
pesawat dikandangkan, bandara tak beroperasi, pelabuhan tutup sehingga aktivitas ekspor-
impor nyaris lumpuh. Hanya produk-produk tertentu yang boleh keluar-masuk.
Ya, industri penerbangan meregang nyawa dan mati suri akibat pandemi. Industri ini seiring
sejalan dengan sektor andalan kita: pariwisata. Ditutupnya kedua sektor ini berdampak pada
okupansi hotel dan aktivitas perdagangan di sekitar tempat wisata. Larangan aktivitas juga
menghentikan kegiatan seperti konser, seminar, dan rapat.
Melihat ekonomi yang hidup segan mati tak bisa, pemerintah akhirnya melonggarkan PSBB dan
mengizinkan pesawat kembali terbang, aktivitas bisnis kembali dibuka, dan tempat wisata boleh
menerima pengunjung. Syaratnya, protokol kesehatan wajib hukumnya.
Di sisi lain, bantuan tunai langsung tetap diberikan kepada masyarakat terdampak. Pemerintah
juga mengucurkan sejumlah dana untuk meringankan kredit pelaku usaha melalui bank milik
pemerintah.
Sayangnya, ini semua belum mampu mendorong daya beli yang jatuh selama PSBB.
Perekonomian belum bergerak normal.
Baru-baru ini, pemerintah akan memberikan tambahan gaji kepada pegawai formal yang selama
ini dinilai belum tersentuh bantuan. Mereka yang gajinya di bawah Rp 5 juta akan mendapat
bantuan gaji senilai Rp 600 ribu per bulan selama empat bulan. Diharapkan, bantuan ini dapat
meningkatkan aktivitas konsumsi yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB).
Keyakinan ini sejalan dengan stimulus yang dilakukan untuk pelaku usaha, terutama UMKM.
Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto mengatakan deretan
insentif dan stimulus sudah dirancang agar menyentuh seluruh sektor dan seluruh kelompok
ekonomi masyarakat. Dengan begitu, diharapkan konsumsi bisa tumbuh dan produksi bisa ikut
pulih.
Namun, ekonom Indef Bhima Yudhistira meragukan pemberian gaji untuk pekerja akan
mendongkrak konsumsi. Ia mengatakan hal tersebut disebabkan oleh psikologis masyarakat
yang belum pulih sepenuhnya untuk melakukan belanja. Menurutnya, pekerja akan lebih memilih
untuk menyimpan uang dan mengerem pengeluaran.
Resesi ekonomi membayangi seluruh negara yang terdampak pandemi Covid-19 tak terkecuali
Indonesia. Beberapa negara sudah mengumumkan resesi seperti Singapura, Jerman, Prancis,
dan baru-baru ini Filipina. Sama seperti kita, Amerika Serikat dan Korea Selatan masih berjuang
untuk tidak terseret arus resesi.
Kuartal III 2020 adalah penentu apakah kita akan terjun ke jurang resesi atau bertahan.
Caranya? Belanja, belanja, belanja. Jika pertumbuhan kuartal III masih minus, maka mari
kencangkan ikat pinggang dan bersiap menghadapi apapun yang akan terjadi.
Teman jualan dimsum di Instagram? Iciplah. Saudara memulai usaha ayam bakar? Belilah.
Tetangga buka warung? Jajanlah. Di sisi lain, tetap bersedekah karena gaji dari Tuhan tidak bisa
dihitung pakai rumus matematika. Dan, tetap menabung untuk dana darurat karena kita tidak
tahu kejutan apa lagi yang akan diberikan tahun 2020 di empat bulan terakhir.
172