Page 169 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2021
P. 169

Kekhawatiran buruh

              Buruh khawatir perubahan sistem pengupahan itu akan membuat standar upah menjadi lebih
              murah. Kurang dari dua bulan lagi, kekhawatiran itu akan diuji dan kemungkinan besar dapat
              terbukti.

              Wakil Ketua Dewan Pengupahan Nasional (Depenas) dari unsur pengusaha Adi Mahfudz pernah
              mengatakan, upah minimum provinsi (UMP) 2022 bisa naik, bisa juga turun.

              “Kita sama-sama tahu sekarang (formula) penghitungan upah minimum sudah sangat berbeda
              dari tahun sebelumnya. Beberapa wilayah mulai membuat ancang-ancang, bisa ada yang naik,
              bisa juga ada yang turun,” katanya, dilansir dari KOMPAS TV, Kamis 23 September 2021 lalu.

              Akan tetapi, ia mengakui, laju kenaikannya tidak akan setinggi tahun-tahun sebelumnya ketika
              penetapan upah minimum masih bisa dinegosiasikan dan mengacu pada pertumbuhan ekonomi
              dan inflasi.

              Sebagai  simulasi  kasar,  D.I.  Yogyakarta  yang  memiliki  upah  minimum  terendah.  Dengan
              memakai rumus lama, UMP DIY 2020 seharusnya naik dari Rp 1,57 juta menjadi Rp 1,71 juta.
              Namun, dengan rumus baru, kenaikan UMP DIY 2020 menjadi Rp 1,67 juta. Tentu ini masih
              simulasi kasar karena data riil teranyar dari BPS belum dirilis.

              Sistem baru ini memang sedikit mengurangi kesenjangan upah minimum antarprovinsi. Akan
              tetapi, langkah ini dipandang alih-alih mendorong kualitas upah minimum yang layak secara
              merata, sistem ini mengerem dan mengorbankan laju kenaikan upah minimum di daerah lain.













































                                                           168
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174