Page 31 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2021
P. 31

Larangan penarikan JHT di BP Jamsostek bagi korban PHK itu dilakukan melalui revisi Peraturan
              Menteri  Ketenagakerjaan  (Permenaker)  Nomor  19  Tahun  2015  tentang  Tata  Cara  dan
              Persyaratan Pembayaran Jaminan Hari Tua (JHT).

              Dalam pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
              dan  Jaminan  Sosial  (PHI-Jamsos)  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  Indah  Anggoro
              Putri mengatakan, melalui merevisi Permenaker No 19 Tahun 2015, pegawai yang terkena PHK
              tidak akan bisa lagi mencairkan atau klaim JHT BP Jamsostek.

              "Pada  hakikatnya,  JHT  adalah  tabungan  masa  tua,  jadi  pemerintah  akan  kembalikan  sesuai
              fungsinya," ujar dia, Selasa (28/9) Nah, sebelum larangan pencairan/klaim JHT berlaku, saat ini
              pekerja/buruh  peserta  BPJS  Ketenagakerjaan  /  BP  Jamsostek  bisa  memanfaatkan  fasilitas
              tersebut. Bagi yang ingin mengajukan klaim kepada BPJS Ketenagakerjaan ada beberapa kriteria
              yang harus diperhatikan.

              Misalnya untuk klaim JHT, peserta BPJS Ketenagakerjaan yang bisa mengajukan di antaranya
              mencapai usia 56 tahun, mengalami cacat total tetap, berhenti bekerja (mengundurkan diri atau
              PHK), kepesertaan minimal 10 tahun untuk klaim sebagian dari 10 persen atau 30 persen.

              Syarat lain pencairan JHT adalah karena pemohon klaim akan meninggalkan Indonesia untuk
              selamanya. Ini berlaku bagi Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA).
              Mengutip pemberitaan , syarat / dokumen untuk mencairkan / mengajukan klaim JHT bagi yang
              mengundurkan diri, terkena PHK dan WNI yang ingin keluar dari Indonesia yakni: Bagi peserta
              BP Jamsostek yang pensiun, pengajuan klaim JHT selain dokumen di atas, juga dibutuhkan surat
              keterangan pensiun. Kemudian, untuk pengajuan klaim JHT 10 persen, perlu melampirkan surat
              keterangan masih aktif bekerja atau surat keterangan berhenti bekerja. Pengajuan klaim JHT 10
              persen ini bakal dikenakan pajak progresif apabila jarak pengambilan lebih dari 2 tahun.

              Adapun untuk pengajuan klaim JHT sebesar 30 persen, syarat tambahan klaim JHT selain surat
              keterangan  masih  aktif  bekerja  atau  berhenti  dari  perusahaan,  juga  diperlukan  dokumen
              perbankan serta buku tabungan bank kerja sama pembayaran JHT 30 persen untuk kepemilikan
              rumah.

              Sementara bagi WNA yang ingin meninggalkan wilayah NKRI, dokumen yang diperlukan untuk
              klaim JHT adalah Kartu kepesertaan BP Jamsostek, paspor yang masih berlaku, Kartu Izin Tinggal
              Sementara  (KITAS),  buku  tabungan,  surat  pernyataan  tidak  bekerja  lagi  di  Indonesia,  surat
              keterangan berhenti bekerja atau surat kontrak kerja, serta NPWP.

              Terdapat dua cara untuk mencairkan / mengajukan klaim JHT, pertama langsung datang ke
              Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan (offline) dan klaim secara daring (online). Bagi yang ingin
              mengajukan klaim JHT secara fisik atau offline berikut prosedurnya: Di masa pandemi ini, BPJS
              Ketenagakerjaan juga bisa melayani pengajuan klaim JHT secara daring / online. Cara pengajuan
              klaim JHT online sebagai berikut: Demikian cara dan syarat dan mencairkan / klaim JHT di BP
              Jamsostek secara online maupun offline. Namun, sesuai fungsinya, lebih baik dana JHT dicairkan
              saat usia pensiun mendatang.













                                                           30
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36