Page 194 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 JULI 2020
P. 194

termasuk Karantina, Wakil Ketua Umum DPP Garda Buruh Migran Indonesia (BMI), Yusri Albima
              angkat suara.

              Menurut Yusri, Garda BMI memahami kekhawatiran negara penerima akan virus corona masuk
              kembali melalui warga negara asing atau PMI. Bagi Yusril, persyaratan WNA atau Calon yang
              akan  bekerja  Hong  Kong,  Malaysia,  Singapura  dan  Taiwan  memang  harus  terlebih  dahulu
              mendapatkan sertifikasi kelulusan swab test (PCR) pada Rumah Sakit di Indonesia.

              Yusri  mengatakan,  soal  tes  PCR  ini  pemerintah  diminta  agar  memberi  akses  bagi  klinik
              kesehatan  yang  memiliki  laboratorium  di  daerah  asal  PMI  agar  bisa  melakukan  tes  PMI.
              "Masyarakat masih khawatir jika tes PCR itu harus dilakukan di RSUD karena di banyak kasus
              rumah  sakit  besar  itu  banyak  orang yang  tadinya  masuk  sehat kemudian  keluar  kena  virus
              Corona. Sebaliknya, jika tes PCR itu dilakukan di klinik yang disertifikasi Kemkes maka akan
              lebih aman," ujar Yusri di Jakarta, Kamis (23/7/2020).

              "Negara hadir untuk mempermudah tempat CPMI melakukan swab test di Klinik yang bersertikat
              dan memiliki laboratorium. Biaya swab test/PCR dimaksud tentunya menjadi tanggung jawab
              pihak pengguna yang menanggungnya dan bukannya dibebankan kepada calon PMI" tegasnya.

              Yusri  menambahkan,  calon  majikan  di  Hong  Kong,  Malaysia,  Singapura  dan  Taiwan  mesti
              membiayai swab test dan Karantina PMI setiba di sana. Sebagaimana peraturan di Hongkong,
              semua biaya swab test dan Karantina 14 hari sesampai PMI di Hong Kong ditanggung Pemberi
              Kerja, demikian juga yang seharusnya dilakukan di negara-negara tujuan penempatan lainnya.

              Yusri menambahkan, dalam hal batas waktu swab dengan kedatangan PMI di Hongkong tidak
              boleh lewat 72 jam, Singapura 2 X 24 jam, dan Malaysia 3 X 24 jam tentu ini menjadi persoalan
              juga.  Apalagi  Bandara  Internasional  saat  ini  hanya  bisa  lewat  Soekarno  Hatta,  Maskapai,
              terbatas maka posisi CPMI di daerah yang jauh dari Jakarta harus ikut diperhitungkan. Di sinilah
              pemerintah hadir.

              Di  tempat  terpisah,  Direktur  Lembaga  Pelayanan  Advokasi  untuk  Keadilan  dan  Perdamaian
              (Padma) Indonesia, Gabriel Goa memberi dukungan bagi langkah Asosiasi Pengusa Jasa Tenaga
              Kerja Indonesia (Apjati) sebagai asosiasi P3MI yang memberikan secara gratis test swab/PCR
              PMI dan Karantina bagi PMI. "Sikap Apjati sesuai dengan perintah UU Nomor 18 Tahun 2017
              tentang  Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia  yang  tidak  boleh  membebankan  biaya
              penempatan pada PMI. Jadi beban itu memang harus ditanggung kepada Pengguna jasa PMI,"
              paparnya.

              Gabriel  menambahkan,  di  tengah  krisis  pandemi  Covid-  19,  pihaknya  sangat  mendukung
              langkah-langkah Apjati dan pemerintah yang melindungi CPMI dan PMI mulai dari persiapan
              kompetensi hingga membebaskan biaya-biaya kesehatan kepada CPMI.

              Terpanggil  untuk  melindungi  CPMI  dan  PMI,  Padma  Indonesia  menyerukan,    pertama,
              mendukung langkah BP2MI yang berencana membentuk Satgas Pencegahan dan Perlindungan
              CPMI dan PMI agar mereka berangkat Prosedural dan tidak terjebak kembali menjadi korban
              human trafficking  .

              Kedua,  mendukung langkah Presiden memberantas mafiaso perdagangan orang Indonesia dan
              ke depan agar berangkat secara prosedural melalui lembaga terpadu satu atap dan dipersiapkan
              di balai latihan kerja sesuai amanat UU Nomor 18 Tahun 2017..







                                                           193
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199