Page 27 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 FEBRUARI 2020
P. 27

"Pesangon merupakan konsekuensi dari PHK, besaran pesangon didasarkan pada
               masa kerja seorang pekerja, jadi semakin lama maka semakin besar pesangonnya,
               besarannya berjenjang. Maka bila dipukul rata jelas merugikan pekerja," ungkap
               Tadjudin kepada CNNIndonesia.com, Selasa (11/2).


                Tak hanya buruh, walau kemungkinannya kecil, aturan pemanis tersebut nantinya
               juga bisa merugikan pengusaha. Kerugian bisa timbul apabila perhitungan
               pemberian lima kali gaji nyatanya lebih besar daripada beban pesangon yang
               selama ini juga dikeluhkan para pengusaha.

                 "Kalau nyatanya gaji tersebut diberikan merata juga, tak hanya buruh,
               perusahaan-perusahaan kecil pasti megap-megap untuk membayar kompensasi itu,
               apalagi kalau ternyata pesangon juga tak dihapus," tuturnya.

                Atas dasar itulah, ia meminta kepada pemerintah untuk menghitung dan
               membahas secara benar rencana pemberian pemanis tersebut supaya baik buruh
               maupun pengusaha tidak ada yang dirugikan. Pemerintah dan DPR juga dimintanya
               memperhitungkan secara mendalam kriteria waktu ataupun batasan-batasan
               pemberian pemanis tersebut supaya nantinya pemanis tersebut tidak hanya menjadi
               angin surga belaka.


                Sementara itu pengamat Perburuhan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Susilo
               Andi Darma menilai pemberian pemanis dari pemerintah harus dibahas secara
               matang. Pasalnya, itu bisa berdampak kepada beberapa aspek, terutama kepada
               pihak perusahaan.

                Menurut Susilo, pemerintah harus memastikan tak ada dampak yang signifikan
               terhadap perhitungan pemanis tersebut. Apalagi, belum terdapat kepastian
               pemberian tersebut diberikan dalam waktu lama atau sebentar.

                 "Ini kan belum ada kejelasan berapa kali diberikan. Kalau dibuat  annual  ataupun
               rentan waktu tertentu, tentu harus dihitung dengan benar, karena dapat
               memberatkan perusahaan juga," kata Susilo.

                Susilo menambahkan pemerintah sepatutnya juga perlu menakar kembali
               pemberian gaji buruh apabila aturan pemanis tersebut benar-benar akan diberikan.
               Sebab, gaji yang terlalu besar akan berdampak buruk kepada perusahaan ataupun
               buruh.

                Apabila perusahaan menilai angka pemanis tersebut sangat besar, maka lapangan
               pekerjaan untuk menerima buruh akan semakin kecil.

                "Harusnya dilakukan peninjauan kembali mengenai besaran gaji, karena tidak dapat
               dipukul rata ke semua perusahaan, belum tentu perusahaan mempunyai
               kemampuan yang sama," tuturnya.

                 (agt).





                                                       Page 26 of 185.
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32