Page 190 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JUNI 2020
P. 190
"Akibat berhentinya roda perekonomian, ada saudara-saudara kita yang kehilangan pekerjaan.
Di-PHK atau kehilangan pendapatan. Data di Kementerian Ketenagakerjaan tidak sedikit. Ada
sekitar 3 juta lebih yang terdaftar," kata Menaker Ida Pauziah di Jakarta, lumat (12/6).
PEKERJA TERDAMPAK LEBIH DARI 3 JUTA
Pandemi COVID-19 mengakibatkan aktivitas ekonomi terganggu. Sebagian besar perusahaan
terpaksa melakukan efisiensi. Ada pekerja yang dirumahkan. Ada pula yang di-PHK. Jumlahnya
lebih dari 3 juta orang.
"Akibat berhentinya roda perekonomian, ada saudara-saudara kita yang kehilangan pekerjaan.
Di-PHK atau kehilangan pendapatan. Data di Kementerian Ketenagakerjaan tidak sedikit. Ada
sekitar 3 juta lebih yang terdaftar," kata Menaker Ida Pauziah di Jakarta, lumat (12/6).
Dia mengatakan jumlah pekerja terdampak mungkin saja lebih banyak dari data yang dimiliki
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker). Karena masih ada individu terdampak yang belum
melapor ke Kemnaker atau Dinas Ketenagakerjaan di daerah.
Data hingga 27 Mei 2020, Kemnaker mencatat 1.792.108 pekerja Indonesia dirumahkan atau
terkena PHK sebagai dampak pandemi COVID-19. Rincian data yang telah diverifikasi dengan
BPJS Ketenagakerjaan itu adalah 1.058.284 pekerja sektor formal dirumahkan. Kemudian,
380.221 pekerja formal terkena PHK. Selanjutnya, 318.959 pekerja sektor informal terdampak.
Lalu, 34.179 calon pekerja migran gagal diberangkatkan serta 465 pemagang dipulangkan.
Menurutnya, baik pekerja maupun pengusaha tidak ingin kondisi seperti ini akan terus berlanjut.
Tidak hanya Indonesia. Hampir seluruh negara mengalami hal yang sama. Khususnya
berdampak kepada perekonomian.
"Karena itu, saat ini tengah disiapkan normal baru. Tujuannya agar masyarakat dapat
melakukan kegiatan produktifm, namun aman dari COVID-19. PSBB (pembatasan sosial berskala
besar) belum dicabut. Tetapi kegiatan sudah mulai disiapkan untuk masuk pada era adaptasi
normal baru," imbuhnya.
Sementara itu, Peneliti Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny J.A., Rully Akbar
menyatakan dalam riset terbarunya menemukan lima alasan kecemasan ekonomi melampaui
kecemasan terpapar COVID-19. Antara lain meluasnya berita kisah sukses banyak negara yang
mampu mengendalikan virus Corona walau vaksin belum ditemukan.
Sejumlah negara yang sukses itu diantaranya Selandia Baru, Jerman, Hong Kong, dan Korea
Selatan. Walau vaksin belum tersedia, sudah ada contoh konkret negara yang sukses. Itu sudah
cukup mengurangi kecemasan atas virus/' kata Rully di Jakarta, Jumat (12/6).
Dia menyebut tiga sumber data untuk menggambarkan beralihnya bentuk kecemasan. Pertama,
data Galup Poli (2020) yang merupakan lembaga survei opini publik di Amerika Serikat. Kedua,
data dari VoxPopuli Center, lembaga opini publik Indonesia. Pada 26 Mei---1 Juni 2020, lembaga
ini melakukan survei telepon atas 1.200 responden. Hasilnya 25,3 persen publik khawatir
terpapar Corona. Namun, 67,4 persen publik khawatir kesulitan ekonomi atau takut kelaparan.
Ketiga, riset eksperimental yang dilakukan Denny J.A. dan Eriyanto (dosen UI) pada Maret---
Juni 2020. "Ini bukan survei opini publik. Melainkan riset eksperimental untuk menggali lebih
detail kekhawatiran responden," jelasnya.
Terkait kecemasan ekonomi, yakni meluasnya kemampuan protokol kesehatan dalam
mengurangi tingkat penyebaran Corona. Seperti Social distancing, mencuci tangan dan memakai
189