Page 381 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 OKTOBER 2021
P. 381

Nazid tak tahu mengapa dirinya tak kunjung lolos dalam pendaftaran program Kartu Prakerja.
              Notifikasi pendaftaran yang didapatnya tidak memuat keterangan mengapa ia tak lolos. Padahal
              ia merasa sudah memenuhi semua berkas data yang diminta dan mengisi formulir pendaftaran
              dengan lengkap dan teliti.

              Data-data yang diminta pun tidak banyak, Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan nomor Kartu
              Keluarga  (KK).  Ia  juga  mengakui  bahwa  dirinya  tak  pernah  mendapatkan  bantuan  lain  dari
              pemerintah,  sebagaimana  ketentuan  dalam  program  Kartu  Prakerja.  Selain  karena  butuh
              bantuan keuangan, ia berharap dapat merasakan pelatihan marketing, untuk meningkatkan skill
              di bidang marketing-nya.

              Memasuki 2021, ada keburuntungan yang hinggap, Nazid tak lagi berstatus pengangguran. Ia
              diterima bekerja sebagai staf marketing di sebuah perusahaan distributor elektronik. Sembari
              melakoni berbagai pekerjaan sampingan, ia berharap bisa sedikit menabung untuk menuntaskan
              kuliahnya.

              Kisah Nazid hanya sepenggal gambaran bagaimana sulitnya proses administrasi untuk mendaftar
              di  program  Kartu  Prakerja.  Direktur  Center  of  Economic  and  Law  Studies  (CELIOS),  Bhima
              Yudhistira  menyebut  sejak  awal  digulirkannya  program  Kartu  Prakerja  pada  April  2020  lalu,
              hingga  saat  ini  masih  terjadi  masalah  di  pendataan.  Contohnya,  ditemukan  fakta  ada  ASN
              (Aparatur Sipil Negara) yang diterima dalam program Kartu Prakerja. Padahal, aturannya jelas,
              ASN tidak berhak mendaftar di program tersebut.
              Terkait problematika data ini, Bhima melanjutkan, pada akhir 2020 lalu, muncul rekomendasi
              dari  Komisi  Pemberantasan  Korupsi  (KPK)  ke  pemerintah  untuk  menghentikan  sementara
              program  ini,  hingga persoalan  data  menjadi  clean  and  clear.  Pemerintah  diminta  melakukan
              perbaikan dan integrasi data pekerja dengan data-data kependudukan, BPJS Ketenagakerjaan,
              maupun data dari penerima bantuan sosial (bansos) atau data terpadu milik Kementerian Sosial
              (Kemensos).

              Diakui Bhima, semenjak ada rekomendasi dari KPK, kini pendataan program Kartu Prakerja sudah
              berangsur  membaik.  Hanya  saja,  problem  lainnya  muncul  ketika  melihat  syarat  pendaftaran
              program Kartu Prakerja.

              Menurut Bhima, syarat yang diterapkan sangat longgar. Di mana berbagai kategori, mulai dari
              pengangguran, setengah pengangguran, pekerja informal dan lulusan dari SMA-SMK, semua bisa
              mendaftar.  Ini  karena  begitu  luasnya  cakupan  atau  sasaran  dari  program  Kartu  Prakerja,
              sehingga sulit untuk memastikan indikator-indikator keberhasilannya.

              Bagi Bhima, tujuan akhir dari pengangguran bukan sekadar menaikkan keterampilan dengan
              mengikuti pelatihan. Tapi bagaimana dapat memperoleh pekerjaan setelah mengikuti pelatihan
              program  Kartu  Prakerja.  "Di  sinilah  problemnya,  di  mana  Kartu  Prakerja  itu  belum  mampu
              menjembatani  antara  lulusan,  khususnya  yang  berasal  dari  pengangguran,  kepada
              perusahaanperusahaan maupun BUMN,"ia menegaskan.

              Bhima  menyebut  masih  rendahnya  transparansi  terkait  berapa  banyak  lulusan  dari  program
              Kartu Prakerja, khususnya yang berasal dari pengangguran. Karena, serapan para lulusan dari
              program Kartu Prakerja, saat ini pun masih belum terlihat.

              Pemerintah, Bhima mengungkapkan, seharusnya melakukan tracing, setelah peserta mengikuti
              program Kartu Prakerja. Tracing ini bertujuan untuk mengetahui apakah lulusan program ini
              sudah bekerja, jika sudah bekerja di mana bekerjanya, apakah ada kenaikan pendapatan atau
              tidak, apakah jenjang kariernya juga meningkat. "Kan tidak ada evaluasi seperti itu. Ini yang




                                                           380
   376   377   378   379   380   381   382   383   384   385   386