Page 311 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2021
P. 311
Selama ini, menurut hemat saya, penentuan UMP Jakarta acapkali dasar utama yang digunakan
dari aspek cash flow atau kemampuan finansial perusahan, biaya hidup dan sedikit peningkatan
kesejahteraan buruh.
AB sebagai gubernur dan pempimpin yang membahagiakan masyarakat Jakarta, ia harus melihat
dan mem-validasi kemampuan perusahaan serta menyimak sungguh-sungguh keinginan buruh
untuk berbahagia dalam bidang pendapatan.
Sementara kemampuan perusahaan sangat varian sehingga tidak boleh dilakukan generalisasi
penentuan UMP. Ada perusahaan yang mampu membayar UMP, bahkan di atas itu. Sebaliknya,
ada yang belum kuat membayar batas UMP karena kelesuan ekonomi sebagai dampak Covid-
19.
Sebagai pempimpin yang membahagiakan warganya di sektor buruh dan pengusaha, AB harus
membuat terobosan baru dengan mengalokasikan sebagian APBD DKI Jakarta kepada buruh.
Sebagai contoh memudahkan perhitungan, kemampuan suatu perusahaan membayar upah
hanya 3 juta rupiah perbulan, sementara UMP mencapai 5 juta rupiah, tidak ada salahnya APBD
DKI Jakarta dialokasikan sebanyak 2 juta rupiah atau lebih agar semua buruh di Jakarta bahagia.
Lebih radikal positif, jika Pemda DKI Jakarta memberikan insentif parmanen bagi semua buruh
di DKI Jakarta minimal 2,5 juta rupiah atau lebih perbulan.
Pertanyaan apakah itu bisa diwujudkan dari APBD DKI? Menurut hemat saya, sangat bisa. Ini
persoalan kemauan, komitmen atas janji politik ketika kampanye dan keberpihakan kepada
buruh dan pengusaha yang sedang menghadapi kelesuan ekonomi akibat Covid-19.
Lakukan saja secara tegas dan kongkrit pemotongan fasilitas dan pendapatan Gubernur, Wagub,
Sekretaris Wilayah Daerah, semua Kepala Dinas serta TKD (tunjangan kinerja daerah) para ASN
di Jakarta, yang sangat luar biasa dibanding dengan kepala daerah dan ASN di propinsi lain.
Bahkan saya berpendapat, buruh harus lebih sejahtera dari aspek ekonomi daripada para pejabat
dan ASN DKI Jakarta. Mengapa? Melalui keringat para buruh, bukankah perusahaan membayar
berbagai pajak dan perijinan sesuai UU kepada Pemda DKI Jakarta sebagai sumber pendapatan
daerah. Sementara pejabat dan ASN hanya berfungsi dan bertugas memberi layanan publik
kepada masyarakat, termasuk kepada buruh.
Buruh menghasilkan uang untuk APBD DKI Jakarta, pejabat dan ASN menggunakan dana yang
sebagaian dihasilkan dari keringat buruh. Buruh bekerja dengan keringat sungguhan, sementara
ASN bekerja tanpa keringat karena di ruang ber-AC.
Untuk itu, dalam rangka mewujudkan rasa keadilan dan kesejahteran ekonomi bagi buruh dan
pengusaha, jika Pemda DKI Jakarta masih sulit berpihak kepada buruh dan pengusaha daripada
kepada pejabat dan ASN Pemda DKI Jakarta, setidaknya Gubernur AB memberi perlakukan yang
sama dari segi gaji/upah antara ASN dan buruh sesuai golongan dan masa kerja di Jakarta. ASN
dan buruh sama-sama berkarya untuk tujuan yang sama yaitu maju kotanya (Jakarta) dan
sejahtera warganya (buruh dan ASN diperlakukan sebanding dari segi penghasilan). [] *Penulis
adalah komunikolog Indonesia
310

