Page 309 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2021
P. 309

Selama ini, menurut hemat saya, penentuan UMP Jakarta acapkali dasar utama yang digunakan
              dari aspek cash flow atau kemampuan finansial perusahan, biaya hidup dan sedikit peningkatan
              kesejahteraan buruh.

              AB sebagai gubernur dan pempimpin yang membahagiakan masyarakat Jakarta, ia harus melihat
              dan mem-validasi kemampuan perusahaan serta menyimak sungguh-sungguh keinginan buruh
              untuk berbahagia dalam bidang pendapatan.

              Sementara kemampuan perusahaan sangat varian sehingga tidak boleh dilakukan generalisasi
              penentuan UMP. Ada perusahaan yang mampu membayar UMP, bahkan di atas itu. Sebaliknya,
              ada yang belum kuat membayar batas UMP karena kelesuan ekonomi sebagai dampak Covid-
              19.

              Sebagai pempimpin yang membahagiakan warganya di sektor buruh dan pengusaha, AB harus
              membuat terobosan baru dengan mengalokasikan sebagian APBD DKI Jakarta kepada buruh.

              Sebagai  contoh  memudahkan  perhitungan,  kemampuan  suatu  perusahaan  membayar  upah
              hanya 3 juta rupiah perbulan, sementara UMP mencapai 5 juta rupiah, tidak ada salahnya APBD
              DKI Jakarta dialokasikan sebanyak 2 juta rupiah atau lebih agar semua buruh di Jakarta bahagia.

              Lebih radikal positif, jika Pemda DKI Jakarta memberikan insentif parmanen bagi semua buruh
              di DKI Jakarta minimal 2,5 juta rupiah atau lebih perbulan.

              Pertanyaan apakah itu bisa diwujudkan dari APBD DKI? Menurut hemat saya, sangat bisa. Ini
              persoalan  kemauan,  komitmen  atas  janji  politik  ketika  kampanye  dan  keberpihakan  kepada
              buruh dan pengusaha yang sedang menghadapi kelesuan ekonomi akibat Covid-19.

              Lakukan saja secara tegas dan kongkrit pemotongan fasilitas dan pendapatan Gubernur, Wagub,
              Sekretaris Wilayah Daerah, semua Kepala Dinas serta TKD (tunjangan kinerja daerah) para ASN
              di Jakarta, yang sangat luar biasa dibanding dengan kepala daerah dan ASN di propinsi lain.

              Bahkan saya berpendapat, buruh harus lebih sejahtera dari aspek ekonomi daripada para pejabat
              dan ASN DKI Jakarta. Mengapa? Melalui keringat para buruh, bukankah perusahaan membayar
              berbagai pajak dan perijinan sesuai UU kepada Pemda DKI Jakarta sebagai sumber pendapatan
              daerah.  Sementara  pejabat  dan  ASN  hanya  berfungsi  dan  bertugas  memberi  layanan  publik
              kepada masyarakat, termasuk kepada buruh.

              Buruh menghasilkan uang untuk APBD DKI Jakarta, pejabat dan ASN menggunakan dana yang
              sebagaian dihasilkan dari keringat buruh. Buruh bekerja dengan keringat sungguhan, sementara
              ASN bekerja tanpa keringat karena di ruang ber-AC.

              Untuk itu, dalam rangka mewujudkan rasa keadilan dan kesejahteran ekonomi bagi buruh dan
              pengusaha, jika Pemda DKI Jakarta masih sulit berpihak kepada buruh dan pengusaha daripada
              kepada pejabat dan ASN Pemda DKI Jakarta, setidaknya Gubernur AB memberi perlakukan yang
              sama dari segi gaji/upah antara ASN dan buruh sesuai golongan dan masa kerja di Jakarta. ASN
              dan  buruh  sama-sama  berkarya  untuk  tujuan  yang  sama  yaitu  maju  kotanya  (Jakarta)  dan
              sejahtera warganya (buruh dan ASN diperlakukan sebanding dari segi penghasilan).












                                                           308
   304   305   306   307   308   309   310   311   312   313   314