Page 61 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2021
P. 61
DUA PENYELUNDUP DITAHAN
Polisi masih menelusuri kasus perdagangan manusia pekerja migran ilegal melalui Kepulauan
Riau. Penuntasan kasus didorong sampai mengungkap keterlibatan aparat negara.
BATAM, KOMPAS --- Jajaran Kepolisian Daerah Kepulauan Riau menangkap dua anggota sindikat
perdagangan orang di Batam, Jumat (24/12/2021). Mereka terlibat penyelundupan 64 pekerja
migran yang menjadi korban dalam insiden perahu tenggelam di perairan Tanjung Balau, Johor,
Malaysia, pada 15 Desember 2021.
Kedua tersangka yang ditangkap di Batam itu ialah Juna Iskandar (39) dan Agus Salim (48).
Mereka menampung 10 dari 64 peketja migran Indonesia yang menjadi korban dalam perahu
tenggelam itu.
"Sementara tersangka ada dua, tidak menutup kemungkinan (bertambah). Penyidik masih
bekerja mengungkap pelaku-pelaku lain," kata Kepala Bidang Humas Polda Kepri Komisaris Besar
Harry Golden-hardt, Senin (27/12).
Tenggelamnya perahu pekerja migran di perairan Johor itu terjadi pada 15 Desember 2021 dini
hari. Perahu fiber dengan mesin bertenaga 800 tenaga kuda itu diketahui mengangkut sekitar
64 pekerja migran tanpa dokumen.
Para pekerja itu diselundupkan dari pelabuhan tak resmi di Tanjung Uban, Pulau Bintan, Kepri.
Ombak tinggi menggulung perahu itu di perairan Tanjung Balau, Johor.
Total pekerja migran yang tewas dalam kecelakaan itu 21 orang. Sebanyak 13 orang selamat
dan 20 orang hilang. Sebagian pekerja itu berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang saat
ini keluarganya masih menunggu kabar dan jenazah para korban (Kompas.id, 17 Desember
2021).
Harry menambahkan, selain menangkap dua tersangka di Pulau Batam, polisi juga menyita tujuh
speedboat fiber dan satu kapal kayu di sebuah pelabuhan tidak resmi di Pulau Bintan. Polisi juga
masih mengejar para anggota sindikat di Bintan yang diduga menyelundupkan pekerja secara
ilegal dengan menggunakan speedboat dari perairan Kepri ke Malaysia.
Ungkap tuntas
Aktivis kemanusiaan di Batam, RD Chrisanctus Paschalis Saturnus Esong, mendukung polisi
mengejar pelaku lain yang terlibat penyelundupan pekerja ke Malaysia. Polisi diharapkan dapat
mengungkap dalang sindikat perdagangan orang di Kepri tersebut.
"Saya berharap masyarakat bisa memberi informasi jika tahu ada yang bermain dan bersembunyi
di balik bisnis perdagangan orang di Kepri. Ini momentum, jangan takut bersuara demi
kemanusiaan dan keadilan, terutama bagi semua korban," kata Paschalis.
Menurut dia, kecelakaan kapal pengangkut pekerja ilegal berulang terjadi di perairan perbatasan
antara Kepri dan Malaysia. Namun, penegak hukum tidak pernah mengungkap tuntas dalang di
balik sindikat perdagangan orang di Kepri.
Berdasarkan catatan Kompas, Batam dan Bintan di Kepri memang sering digunakan pekerja
migran Indonesia ilegal menyeberang ke Malaysia. Pada 20 September 2020, enam penyeberang
dari Bintan tewas setelah perahu berisi 15 orang karam di perairan Bandar Penawar, Malaysia.
Kecelakaan terparah pada 2 November 2016. Kapal pengangkut 93 pekerja migran ilegal dan 5
anak balita dari Johor Bahru tenggelam di perairan Batam. Sebanyak 54 orang meninggal, 6
orang hilang.
60

