Page 38 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 NOVEMBER 2021
P. 38

Meski  begitu,  pertimbangan  hasil  pembahasan  tersebut  sudah  sesuai  kesepakatan  dan  tak
              menjadikan polemik antara kedua belah pihak yakni asosiasi pengusaha dan serikat pekerja.
              Menurutnya,  pendekatan  yang  dilakukan  merupakan  harmonisasi  dalam  rangka  menciptakan
              iklim kondusifitas bagi investasi, perkembangan, dan pembangunan Kota Jogja ke depan. "Ya,
              kalau  terlampau tinggi nanti  investor  nggak  ada  yang  masuk.  Tapi, kalau  terlalu  rendah,  ya
              bahaya juga siapa yang mau kerja di sini nanti," tambahnya.

              Sementara  itu  Sekretaris  Dewan  Pimpinan  Daerah  (DPD)  KSPSI  DIJ,  Irsad  Ade  Irawan
              menyatakan  kenaikan  UMP  yang  lebih  layak  sebenarnya  bisa  memperbaiki  kondisi  ekonomi
              masyarakat DIJ. Diketahui selama pandemi Covid-19, banyak masyarakat DIJ yang mengalami
              penurunan secara ekonomi."Kalau menurut kami KHL yang layak itu ya sekitar Rp 2,5 juta sampai
              Rp 3 juta rupiah, harusnya UMP DIJ ada di angka itu," tandasnya.

              Dia menyayangkan Pemprov DIJ yang tetap menggunakan PP Nomor 36/2021 sebagai acuan
              penentuan  UMP.  Menurut  Irsad,  aturan  terbaru  pemerintah  tersebut  menghapuskan  survei
              Kebutuhan  Hidup  Layak  (KHL)  yang  menggambarkan  biaya  kebutuhan  hidup  dan  kondisi
              masyarakat DIJ secara riil.Di sisi lain, serikat pekerja juga telah melakukan penghitungan KHL
              secara mandiri.

              Menurut dia, besaran UMP DIJ dengan mempertimbangkan KHL adalah Kota Jogja sebesar Rp
              3.067.048;  Sleman  Rp  3.031.576;  Bantul  Rp  3.030.625;  Kulonprogo  Rp  2.908.031;  dan
              Gunungkidul Rp 2.758.281. "Mandat konstitusi itu kan setiap orang dapat pekerjaan dan hidup
              yang layak. Hidup layak salah satunya bisa mencukupi KHL. DIJ arus berani menetapkan upah
              di luar mekanisme tersebut," jelasnya.

              Menurutnya,  PP  Nomor  36/2021  juga  menghapus  peran  serikat.  Karena  penentuan  upah
              minimum  hanya  ditentukan  oleh  kondisi  perekonomian  daerah.  Di  antaranya  adalah  data
              pertumbuhan  ekonomi  yang  dirilis  Badan  Pusat  Statistik  (BPS).  "Dewan  cuma  menambah,
              mengurang, dan membagi. Kalau seperti itu saja lebih baik Dewan Pengupahan dibubarkan saja
              yang menghitung itu PNS di Disnakertrans menggunakan kalkulator," ketusnya.

              (kur/wia/pra).




































                                                           37
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43