Page 219 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 JULI 2020
P. 219
Menurut salah satu relawan Covid-19 di Jawa Barat, warga Kota Bandung, Yohanes (22), hari
ini ia melakukan rapid test yang disyaratkan oleh panitia seleksi. Kemudian akan ada
pengarahan terkait dengan apa yang akan dilakukan ketika sudah ditempatkan di daerah
masing-masing untuk menjalankan pelacakan. "Hari ini kita ada rapid test dulu. Nanti kita juga
ada pengarahan biar dikasih tahu apa saja yang dilakukan ketika bekerja jadi relawan," ujar
Yohanes, Senin (13/7).
Yohanes mengatakan, ia mendaftar menjadi relawan sebagai orang yang akan melakukan
pelacakan (tracing) di Kota Cimahi. Nantinya, ia akan menjalankan pelacakan secara online.
Pelacakan itu berdasarkan data yang dimasukkan tim IT ke aplikasi Pikobar. "Jadi untuk
pelacakan dari pasien sejauh ini arahannya baru secara online saja," katanya.
Sehingga, kata dia, ia bisa lebih berjaga-jaga agar tak terpapar ketika melakukan pelacakan.
Untuk menjadi relawan hal yang paling sulit ketika akan mendaftar adalah izin dari orang tua.
Sebab, orang tuanya khawatir Yohanes bisa tertular virus yang cukup mematikan ini.
Bahkan, yang paling berbahaya adalah ketika Yohanes justru masuk dalam kategori orang tanpa
gejalar (OTG), dan malah menyebarkan virus corona kepada orang lain. "Cuman saya mikirnya
karena ini niat baik untuk membantu, semoga apa yang didapat juga baik," katanya.
Apalagi, kata dia, saat ini pemerintah daerah khususnya di Jabar sangat membutuhkan bantuan
termasuk dari relawan untuk menangani penyebaran Covid-19. Maka, tidak ada salahnya jika ia
turut membantu.
Kekhawatiran dari keluarga juga sempat dirasakan calon relawan lainnya, Putri Novitriani.
Menurutnya, awalnya keluarga tidak memberi izin Putri untuk bekerja sebagai relawan
penanganan Covid-19 di Jabar. Namun, setelah dijelaskan apa yang lakukan ini bermanfaat dan
bisa membuat penanganan kasus lebih cepat selesai, akhirnya keluaga mengizinkan. "Mereka
bilang, yang penting saya juga jaga diri (agar tidak terpapar)," kata Putri. Meski dirinya juga
sempat riskan, kata Putri, ia akan berusaha bekerja semaksimal mungkin dan tidak lupa
menggunakan alat pelindung diri di sana bertatap muka dengan orang banyak.
Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menerbitkan Surat Edaran Menteri
Ketenagakerjaan RI Nomor M/8/HK.04/V/2020 tentang Perlindungan Pekerja/Buruh Dalam
Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) pada Kasus Penyakit Akibat Kerja Karena Covid-19.
SE tertanggal 28 Mei 2020 ini ditujukan kepada para gubernur se-Indonesia dengan
mempertimbangkan banyaknya kasus pekerja/buruh yang terinfeksi Covid-19, dan beberapa di
antaranya meninggal dunia.
Terbitnya SE ini didasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat
Kerja, Covid-19 dapat dikategorikan sebagai Penyakit Akibat Kerja (PAK) dalam klasifikasi
penyakit yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan, yaitu kelompok
faktor pajanan biologi.
Dalam SE tersebut, Menaker menjelaskan pekerja/buruh yang dapat dikategorikan memiliki
risiko khusus/spesifik yang dapat mengakibatkan PAK karena Covid-19, yaitu (1) tenaga medis
dan tenaga kesehatan, yang meliputi tenaga kerja medis dan tenaga kerja kesehatan yang
bertugas merawat dan mengobati pasien di rumah sakit, fasilitas kesehatan, dan atau tempat
Iain yang ditetapkan pemerintah sebagai tempat untuk merawat/mengobati pasien terinfeksi
Covid-19..
218