Page 284 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 NOVEMBER 2021
P. 284

KEMENAKER: AWAS, PERUSAHAAN BERI UPAH DI BAWAH KETENTUAN BISA
              DIPIDANA
              JawaPos.com – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) meminta agar perusahaan dapat
              memberikan  besaran  upah  minimum  sesuai  dengan  aturan  yang  telah  ditetapkan.  Direktur
              Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Indah Anggoro Putri
              menyebut, jika ada perusahaan yang memberikan upah minimum dibawah ketentuan maka akan
              diberikan sanksi pidana.

              “Maka tadi saya bilang hati-hati. Harus taat hukum,” ujarnya secara virtual, Senin (15/11).

              Selain itu, Indah juga menegaskan bahwa perusahaan tidak boleh menunda pelaksanaan upah
              minimum tahun 2022. Sebab, pemerintah tidak menerima alasan apapun bagi pemberian upah
              minumin sesuai ketetapan masing-masing provinsi.

              “Jangan beralasan atau berdalih karena masih di masa kebangkitan atau pemulihan pandemi
              Covid-19 lalu jadi tidak taat penetapan upah minimum,” tuturnya.

              Indah menjelaskan, peralihan ketetapan upah minimum tahun 2021 tersebut berdasarkan PP 36
              tahun  2021.  Dalam  hal  ini  upah  minum  sektoral  yang  telah  ditetapkan  sebelum  tanggal  2
              November 2020 tetap berlaku sampai dengan surat keputusan mengenai penetapan upah minum
              sektoral berakhir.

              “Upah minum Provinsi dan Kabupaten/ Kota di daerah tersebut ditetapkan lebih tinggi dari upah
              minum sektoral sebelum 2 November 2020,” katanya.

              Sebagai informasi, upah minum baik UMP dan UMK akan ditetapkan masing-masing pada 21
              November 2021 dan 30 November 2021. Upah itu untuk pekerja dengan masa kerja kurang dari
              12 bulan dan lajang. Upah minimum nanti akan ditetapkan oleh Gubernur. Penghitungannya
              sesuai dengan penghitungan formula PP 36/2021.

              “Mungkin bukan Gubernur yang utak-atik, tetapi akan ada Dewan Pengupahan Daerah, Dinas
              Tenaga Kerja, bekerjasama untuk menghitung dengan formula yang ada, lalu dilaporkan kepada
              Gubernur untuk menjadi ketetapan UMP atau UMK,” pungkasnya.

































                                                           283
   279   280   281   282   283   284   285   286   287   288   289