Page 27 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 JUNI 2020
P. 27

dua Anak Buah Kapal (ABK) Indonesia yang nekat melompat ke laut Selat Malaka dari kapal Fu
              Lu Qing Yuan Yu 901. Tersangka tersebut berinisial AY berasal dari Lampung.

              "Tersangka  bertambah  satu  lagi  dengan  inisial  AY  berasal  dari  Lampung.  Ia  memfasilitasi
              keterlibatan tersangka Muhammad Hasbar Yasir alias Daeng dengan MR. WOO (WNA Singapura)
              untuk memberangkatkan atau mengirimkan korban ke Singapura untuk bekerja sebagai  ABK
              di kapal Fu Lu Qing Yuan Yu 901," katanya saat dihubungi  Republika.co.id  di Jakarta, Senin
              (29/6).
              Kemudian, ia melanjutkan terdapat barang bukti yang diamankan berupa satu unit laptop merk
              Lenovo warna hitam, satu buah tabungan BRI, dua buah tabungan Mandiri, satu tabungan BNI,
              satu tabungan BCA, satu ATM BNI, dua ATM Mandiri, satu ATM BRI, dua ATM BCA. Juga satu
              buah handphone merk Oppo, KTP dan satu bundel dokumen rekapan gaji ABK PT Novarica
              Agatha Mandiri.

              Ia menambahkan sudah membawa tersangka dan barang bukti ke Polda Kepri untuk proses
              penyidikan lebih lanjut. Lalu, akan melakukan pengembangan kemungkinan ada keterlibatan
              pelaku lainnya. "Kami akan mengembangkan kasus ini. Untuk kapal kami menunggu informasi
              dari Kemenlu, Interpol dan Bakamla," kata dia.

              Sebelumnya diketahui, Kepala Bidang Humas Polda Kepulauan Riau (Kepri) Kombes Pol Harry
              Goldenhardt mengatakan, kasus dua ABK WNI Indonesia yang nekat melompat ke laut Selat
              Malaka dari  kapal Fu Lu Qing Yuan Yu 901  merupakan kasus Tindak Pidana Perdagangan
              Orang (TPPO). Sebab, para tersangka menjanjikan kedua ABK mendapatkan gaji yang besar.
              Namun, nyatanya ABK tersebut tidak digaji dan mendapatkan perlakuan kekerasan.

              "Para tersangka ada yang ditahan di Polda Metro Jaya (PMJ) dan Polda Kepri. Totalnya tujuh
              tersangka," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima  Republika.co.id  di Jakarta, Selasa
              (16/6).

              Mereka (tersangka) melakukan perekrutan Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk dipekerjakan
              di Korea Selatan sebagai buruh pabrik dengan iming-iming mendapatkan gaji sebesar Rp 25
              juta sampai dengan Rp 50 juta perbulannya. Dengan persyaratan membayar biaya pengurusan
              sebesar Rp 50 juta per orang.

              Namun,  kata  Harry,  pada  kenyataannya  para  korban  dipekerjakan  sebagai  ABK  di  kapal
              penangkap ikan/cumi Yu-Qing Yuan Yu 901 yang berbendera China tanpa mendapatkan gaji
              selama  kurang  lebih  empat  sampai  dengan  tujuh  bulan.  Lalu,  selama  bekerja  para  korban
              mendapatkan perlakukan keras dan pemaksaan dari kru kapal.

              Harry  mengungkapkan,  dari  hasil  penelusuran  dan  penyelidikan  bahwa  yang  melakukan
              pengurusan  dan  pemberangkatan  korban  untuk  bekerja  sebagai  ABK  kapal  adalah  sebuah
              perusahaan atas nama PT Mandiri Tunggal Bahari sebagai perekrut Pekerja Migran Indonesia
              atau ABK yang tidak memiliki ijin.

              "Dimana pada tanggal 18 mei 2020, direktur dan Komisaris PT tersebut telah resmi ditahan oleh
              ditreskrimum  polda  Jawa  Tengah  pada  kasus  perekrutan  dan  penempatan  pekerja  migran
              Indonesia tanpa izin (illegal)," katanya..










                                                           26
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32