Page 30 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 JUNI 2020
P. 30

Meskipun raut muka Jokowi terlihat amarah terhadap para menteri yang berkinerja buruk dalam
              menghadapi persoalan Covid-19.

              "Gak  seyakin  raut  wajahnya,"  ujar  Indria  Samego  ketika  dihubungi  Tribunnews.com,  Senin
              (29/6/2020).

              Menurut Indria Samego, walau raut wajah Jokowi kelihatan memerah, belum tentu diikuti oleh
              tindakan nyata merombak kabinetnya. Belum lagi imbuh dia, Jokowi harus menghadapi elite
              dan partai politik yang turut memenangkannya jadi Presiden.

              "Apa berani di melawan orang partai. Sudah pasti, yang disodok itu orang pilihannya. Mana
              mungkin mereka akan digantikan yang lain," jelasnya.

              Karena itu, Indria Samego tidak yakin akan keberanian Jokowi akan melakukan perombakan
              menteri yang tidak berkinerja baik di masa krisis pandemi ini.

              "Banyak pejabat pilihannya yang tak terdengar, tapi apa jaminannya yang terpilih kemudian
              akan sesuai harapan. Dari 34 menteri, yang terdengar tak lebih dari 10.


              Sisanya kemana? Segera saja lakukan reshuffle, kalau berani," ucapnya. Sebelumnya, Presiden
              Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan rasa jengkelnya terkait kinerja para menteri yang masih
              menganggap situasi saat ini dalam keadaan normal-normal saja.

              Padahal, Presiden sudah menyebut bahwa dampak pandemi Covid-19 membuat terjadinya krisis
              kesehatan  maupun  ekonomi.  Jokowi  bahwa  membuka  opsi  untuk  membubarkan  lembaga
              maupun melakukan reshuffle kabinet jika kinerja menteri tak sesuai apa yang diharapkannya.

              Analisa  Refly Harun  Ancaman perombakan atau reshuffle kabinet tiba-tiba muncul di tengah
              pandemi covid-19. Hal itu diungkapkan  Presiden Joko Widodo  (Jokowi) saat membuka Sidang
              Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Kamis (18/6/2020).

              Ancaman reshuffle itu muncul setelah Jokowi merasa kinerja para menterinya masih biasa-biasa
              saja, padahal dalam situasi krisis seperti sekarang ini. Pernyataan terkait reshuflle kabinet itu
              lantas  menuai  tanggapan  dari  berbagai  pihak,  satu  di  antaranya  adalah  Pakar  Hukum  Tata
              Negara,  Refly Harun. Refly mengatakan, bahwa kabinet Jokowi diperiode kedua ini tidak lebih
              baik dari kabinet pada periode pertama Jokowi menjabat presiden.

              "Mengenai reshuffle kabinet ini, di era kedua pemerintahan Jokowi ini saya sesungguhnya agak
              heran."  "Jokowi seolah-olah tertekan untuk mengadopsi sebanyak mungkin menteri," terang
              Refly, seperti dikutip dari tayangan yang diunggah di kanal YouTube-nya, Senin (29/6/2020).

              Menurut Refly, hal itu terlihat dari portofolio kementerian maksimal 34 orang yang semuanya
              terisi. Bahkan masih ditambah lagi dengan wakil menteri di beberapa kementerian. Refly pun
              tak yakin, di kementerian yang punya wakil menteri itu justru lancar-lancar saja kinerjanya.

              Bisa jadi, lanjut dia, justru karena kebanyakan wakil menteri malah merecoki, karena ada dua
              nahkoda.  Refly  juga  menyoroti  sumber  rekruitmen  Jokowi  dalam  pemilihan  menteri  yang
              berdasarkan pada dua pertimbangan.
              Pertama  adalah  orang  yang  dipilih  langsung  oleh  Jokowi,  kedua  adalah  orang  yang
              direkomendasikan atau diikat oleh partai politik.

              Sementara dalam pemilihan presiden 2019, ada 6 partai yang mendukung Jokowi, yakni PDIP,
              Golkar, Nasdem, PKB, PPP dan Hanura.




                                                           29
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35