Page 53 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 JUNI 2020
P. 53

dapat diakses siapa saja, sekalipun bukan korban PHK. ataupun tidak sedang mencari kerja.
              Bahkan ditemui banyak kasus korban PHK justru kesulitan mengakses serta gagal seleksi.

              Kritik lain ditujukan pada kewajiban mengikuti pelatihan daring yang tidak terstandardisasi dan
              dinilai  kurang  bermanfaat.  Penentuan  lembaga  penyedia  pelatihan  yang  dinilai  kurang
              transparan juga menjadi sorotan.

              Namun kritik paling telak adalah

              bahwa  Kartu  Prakerja  dinilai  tidak  menjawab  permasalahan  riil.  Permasalahan  utama  yang
              dihadapi masyarakat adalah hilangnya kesempatan kerja akibat krisis ekonomi, atau yang secara
              teknis disebut pengangguran siklis. Tingginya tingkat pengangguran saat ini bukanlah tergolong
              struktural,  akibat  ketidakcocokan  keterampilan  yang  dimiliki  pekerja  (skills  mis-match).
              Karenanya penyediaan program pelatihan tidaklah tepat.

              Kartu  Prakerja  sebenarnya  dirancang  untuk  mempersiapkan  tenaga  kerja  Indonesia  dalam
              menghadapi Revolusi Industri 4.0, yang membutuhkan keterampilan-keterampilan kerja baru.
              Dapat dipahami bila program tersebut kini diluncurkan pemerintah sebagai strategi refocusing
              anggaran untuk menghadapi dampak pandemi. Namun demikian, berbagai pihak menyarankan
              realokasi anggaran menjadi bantuan sosial mumi.

              Modifikasi Kartu Prakerja

              Karena itu, dapat diajukan pertanyaan apakah Kartu Prakerja perlu dilanjutkan? Jawaban atas
              pertanyaan  ini  sebaiknya  diletakkan  pada  konteks  pemulihan  ekonomi  nasional  yang  kini
              dipersiapkan  Kemko  Perekonomian.  Pada  fase  pemulihan  ekonomi,  sektor-sektor  ekonomi
              secara bertahap memulai kembali aktivitas usaha dan diharapkan menyerap kembali tenaga
              kerja.

              Namun demikian, proses pemulihan ekonomi mungkin akan berjalan lamban, karena pelaku
              pasar  perlu  menyesuaikan  diri  dengan  tatanan  kehidupan  baru  (new  normal).  Di  sisi  lain
              permintaan  pasar  belum  akan  pulih,  sebagai  dampak  penurunan  daya  beli  pada  periode
              sebelumnya.  Masyarakat  cenderung  membatasi  pengeluaran  pada  kebutuhan  pokok,
              sebagaimana tercermin pada penurunan tingkat konsumsi di kuartal I. Karenanya diperlukan
              intervensi pemeri n tali untuk mendongkrak daya beli masyarakat, yakni melalui penciptaan
              kesempatan kerja sebanyak-banyaknya.
              Tidaklah realistis mengharap pelaku usaha membuka kesempatan kerja di masa krisis. Namun
              pemerintah  dapat  melakukannya  melalui  modifikasi  Kartu  Prakerja.  Bentuk  pelatihan  daring
              perlu diubah menjadi pemagangan kerja (on-the-job iraining) di perusahaan-perusahaan swasta
              maupun BUMN/BUMD.
              Melalui pemagangan kerja sebagaimana diatur dalam Permenaker No 36/2016, Kartu Prakerja
              akan menjadi program yang efektif untuk mengatasi pengangguran dan sekaligus produktif bagi
              kegiatan usaha. Bila anggaran Kartu Prakerja dialihkan menjadi uang saku dan jaminan sosial
              peserta selama magang, akan mendorong pelaku usaha segera menyerap kembali tenaga kerja
              di pasar.

              Sasaran utamanya para korban

              PHK di sektor formal, yang umumnya terdidik dan terlatih. Verifikasi peserta dilakukan oleh
              Kementerian Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan.


              Selain itu. anggaran Kartu Prakerja dapat digunakan instansi-instansi pemerintahan.


                                                           52
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58