Page 138 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2020
P. 138

REALISASI SUBSIDI UPAH BANTUAN COVID-19 CAPAI 93,94 PERSEN

              Pemerintah  terus  berkomitmen  mendorong  pemulihan  ekonomi  nasional  yang  terdampak
              pandemi Covid-19. Salah satu upaya yang ditempuh adalah memberikan bantuan subsidi upah
              (BSU) kepada pekerja atau buruh.

              Program  tersebut  diharapkan  mampu  menyokong  perekonomian  pekerja  sehingga
              meningkatkan  daya  beli  dan  konsumsi  rumah  tangga  sekaligus  menggerakkan  roda
              perekonomian nasional.

              Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker)  Ida  Fauziyah  mengungkapkan  realisasi  BSU  per  14
              Desember 2020 menyentuh Rp27,96 triliun atau 93,94 persen dari pagu senilai Rp29,85 triliun.

              Rinciannya,  penyaluran  BSU  pada  termin  pertama  mencapai  Rp14,71  triliun  dan  menyentuh
              12,26 juta pekerja atau 98,86 persen dari target pemerintah yakni 12,4 juta pekerja.
              Selanjutnya, realisasi pada termin kedua mencapai Rp13,2 triliun untuk 11,04 juta pekerja atau
              89 persen dari target.

              "Angka  realisasi  pada  termin  kedua  memang  belum  sempurna,  mengingat  periode
              penyalurannya masih berlangsung sampai akhir Desember 2020," ujar Ida dikutip dari laman
              resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional, Kamis (17/12).

              Bantuan  yang  sudah  direalisasikan  sejak  September  2020  ini diberikan  kepada  pekerja  yang
              memenuhi  sejumlah  syarat,  yaitu  berkewarganegaraan  Indonesia  (WNI),  terdaftar  sebagai
              peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan (TK) sampai dengan Juni 2020, pekerja penerima upah, dan
              gaji yang dilaporkan di bawah Rp5 juta per bulan.

              Total bantuan yang diberikan kepada setiap pekerja yang masuk kriteria masing-masing sebesar
              Rp2,4 juta.

              Nilai tersebut diberikan bertahap dalam dua termin yakni Agustus-Oktober 2020 untuk termin
              pertama dan November-Desember untuk termin kedua, masing-masing sebesar Rp1,2 juta.

              Tercatat  beberapa  tantangan  dalam  melakukan  realisasi  BSU.  Pada  realisasi  termin  pertama
              ditemukan sejumlah rekening bermasalah. Hal ini terungkap dari laporan bank-bank penyalur.

              "Kenapa tidak bisa 100 persen terealisasi, karena laporan bank penyalur mengatakan terdapat
              data rekening yang bermasalah dan tidak dapat ditransfer sehingga mengakibatkan retur. Atas
              adanya rekening retur tersebut, kami tidak diam. Kami kembalikan kepada BP Jamsostek untuk
              diperbaiki," ujar Menaker.

              Menaker  juga  menegaskan  bahwa  pihaknya  mengedepankan  prinsip  kehati-hatian  dalam
              penyaluran BSU. Kemnaker bahkan melibatkan pihak eksternal seperti KPK, BPK, dan BPKP untuk
              ikut mendampingi jalannya proses penyaluran bantuan.

              BP  Jamsostek  mencatat  ada  154.887  rekening  bermasalah  yang  membuat  BSU  tidak  bisa
              ditransfer.


              Direktur Utama BP Jamsostek Agus Susanto menambahkan bahwa proses perbaikan data lantas
              dilakukan  oleh  BP  Jamsostek  yang  berkoordinasi  dengan  kantor  cabang  di  daerah,  bank
              penyalur, pemberi kerja, bahkan sampai berkomunikasi dengan nama-nama penerima bantuan.

              Hasilnya,  sebanyak  87.963  rekening  berhasil  dipulihkan  dan  telah  diserahkan  ke  Kemnaker.
              Namun, masih ada 66.924 rekening yang masih dalam proses perbaikan sampai saat ini.




                                                           137
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143