Page 78 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 MARET 2019
P. 78

menganggur berdasarkan latar belakang pendidikan lain. Jumlah penganggur
               lulusan SD, SMP, dan SMA cenderung turun pada periode yang sama.

               "Inilah problem utamanya, yang terampil dan terdidik naik [tingkat
               penganggurannya]. Ini mungkin banyak masalahnya," ujar peneliti INDEF Eko
               Listiyanto, Kamis (14/3/2019).

               Penganggur Terdidik dan Terampil Meningkat
               Kenaikan jumlah penganggur lulusan SMK dan PT dianggap sebagai buah dari
               belum terbentuknya keserasian antara sisi suplai dan permintaan tenaga kerja di
               Indonesia.

               Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus menduga setidaknya ada dua sebab utama
               naiknya penganggur terdidik dan terampil. Pertama, bisa jadi para lulusan PT terlalu
               memilih pekerjaan yang hendak dijalani selepas dunia pendidikan lantaran gengsi.

               Kedua, ada kemungkinan kemampuan atau skill yang dimiliki lulusan SMK dan PT
               tidak sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Hal ini diharapkan bisa dicarikan
               solusinya oleh pemerintah.

               "Ini menunjukkan bahwa semakin besar tantangannya. Mulai dari kecocokan skill
               yang diperoleh, permintaan dunia kerja, nah ini link and match-nya belum
               terbangun. Banyak mungkin institusi pendidikan masih menggunakan kurikulum
               yang mungkin nanti tak lagi digunakan industri," tuturnya.

               INDEF juga memandang kehadiran Balai Latihan Kerja (BLK) di daerah belum
               banyak membantu penyerapan tenaga kerja. Data yang dimiliki INDEF menunjukkan
               dari total penganggur sebanyak lebih dari 7 juta orang pada 2018, ada 1,18 juta
               orang yang pernah mendapatkan pelatihan kerja di BLK.

               Tetapi, 1,18 juta orang itu tetap menganggur meski sudah mendapat pelatihan.
               Fakta itu dianggap membuktikan tidak adanya keserasian antara sisi pasokan dan
               permintaan tenaga kerja di Indonesia.

               "Mengonfirmasi anggapan bahwa kita terlalu bermain di supply side, bukan demand
               side. Ini mungkin banyak masalahnya. Bisa saja karena waktu pelatihan [di BLK]
               terbatas atau pelatihannya sudah tak relevan," ungkap Eko.

               Rendahnya tingkat pertumbuhan industri pengolahan di Indonesia juga turut disorot
               sebagai salah satu sebab tidak terserapnya tenaga kerja lulusan SMK dan PT. INDEF
               menyebutkan pertumbuhan industri pengolahan pada kuartal IV/2018 hanya 4,25%
               dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

               "Laju industri pengolahan tak mampu mengimbangi relatif tingginya porsi
               pengangguran lulusan SMK dan universitas. Apabila kita membayangkan pendidikan
               vokasi yang ideal, itu kan salah satunya di Jerman. Sebagai negara industri, di sana
               industrinya tumbuh sehingga lulusan SMK-nya selalu diserap. Sementara itu, di


                                                       Page 77 of 134
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83