Page 128 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 128

- Enam Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB) menyatakan konsisten bertahan dalam Tim Teknis
              pembahasan klaster ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja (Ciptaker). Tim tersebut terdiri atas unsur
              pemerintah, apindo, dan unsur SP/SB.



              ENAM SERIKAT PEKERJA KONSISTEN BERTAHAN DI TIM TEKNIS RUU CIPTAKER
              - Enam Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB) menyatakan konsisten bertahan dalam Tim Teknis
              pembahasan klaster ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja (Ciptaker). Tim tersebut terdiri atas unsur
              pemerintah, apindo, dan unsur SP/SB.

              Keenam SP/SB tersebut yakni KSPSI pimpinan Yorrys Raweyai, KSBSI, KSarbumusi, KSPN, FSP
              Perkebunan dan FSP Kahutindo. Dua SP/SB yang mundur dari pembahasan RUU Ciptaker adalah
              KSPSI pimpinan Andi Gani Nena Wea dan KSPI.

              Sekjen  Presidium  SP/SB  Indonesia  Ristadi  menjelaskan,  dibentuknya  tim  teknis  pembahas
              klaster ketenagakerjaan merupakan dorongan, tuntutan, dan aspirasi SP/SB.


              Di berbagai kesempatan, pihaknya terus menuntut kepada pemerintah soal pelibatan/partisipasi
              SP/SB  dalam  tim  pembahas.  Oleh  karena  itu,  menjadi  sangat  aneh  setelah  dibentuk  tim
              pembahas malah ada SP//SB mungundurkan diri dari tim teknis  "Maka dengan segala risiko,
              kami  menjaga  konsistensi  sikap  atas  apa  yang  sudah  kami  tuntut  yaitu  pembentukan  tim.
              Kekhawatiran hanya sebagai legitimasi atau dimanfaatkan sekadar formalitas sudah kami hitung
              sebelumnya," ujar Ristadi kepada pers di Jakarta, Rabu (15/7).

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) itu menambahkan, alasan enam SP/SB
              untuk terus bertahan di dalam tim pembahas klaster ketenagakerjaan adalah sebagai strategi
              perjuangan.  Dengan  berada  di  dalam tim  pembahas,  maka  banyak  hal yang  bisa dilakukan
              dalam perjuangan. Tak hanya aksi unjuk rasa, tapi bisa lewat publikasi, lobi politik, negosiasi,
              dan dialog sosial.

              "Masuk di tim teknis adalah bagian dari negosiasi dan dialog sosial, tanpa mengabaikan upaya-
              upaya  perjuangan  lainya.  Forum  tersebut  kami  gunakan  semaksimal  mungkin  untuk
              menyuarakan aspirasi-aspirasi yang berkembang dari anggota kami," katanya.
              Ristadi menambahkan, masuknya enam SP/SB akan dimanfaatkan SP/SB sebagai media formal
              untuk  menyampaikan  usulan,  masukan,  keberatan,  dan  penolakan  SP/SB  terhadap  klaster
              ketenagakerjaan dalam RUU Ciptaker  "Jadi sangat keliru dan tidak benar berada di tim teknis
              menjadi legitimasi. Kami memutuskan untuk tetap berjuang di dalam tim teknis dengan segala
              konsekuensinya," katanya.

              Ristadi mengungkapkan, sejarah mencatat bahwa sikap gerakan SP/SB sulit untuk satu suara.
              Dulu, saat pembahasan RUU Ketenagakerjaan yang kemudian disahkan menjadi UU Nomor 13
              tahun 2003 terjadi, ada SP/SB yang masuk dalam tim pembahasan dan ada juga yang di luar
              melakukan penolakan. Selanjutnya, saat lahirnya UU BPJS juga terjadi hal yang sama, ada SP/SB
              yang masuk ikut membahas, ada juga SP/SB yang tidak mau ikut membahas.

              "Karenanya, perbedaan sikap ini tidak perlu diperdebatkan, apalagi harus dihadap-hadapkan
              untuk saling bermusuhan. Bagi kami semua adalah kawan seperjuangan, hanya rute jalan saja
              yang berbeda," kata Ristadi.

              Dari enam SP/SB yang tergabung menjadi Presidium SP/SB Indonesia itu, Ristadi mengklaim
              memiliki jumlah anggota 2,7 juta pekerja. "Ini aliansi terbesar dan akan sangat menentukan
              dan  berperan  penting  terhadap  kebijakan-kebijakan  yang  akan  dikeluarkan  pemerintah,"
              katanya.
                                                           127
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133