Page 37 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 37
OMNIBUS LAW STRATEGI PALING MEMUNGKINKAN ATASI MASALAH EKONOMI
(Analisadaily/Istimewa) Jakarta - Pengamat pajak dan staf khusus Menteri Keuangan Yustinus
Prastowo menilai Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja merupakan
strategi yang paling mungkin diambil untuk menyelesaikan masalah ekonomi yang muncul
karena pandemi Covid-19.
"Kalau dilihat secara objektif dan faktual, kita harus akui bahwa Indonesia ini over regulated
dan terlalu banyak aturan tumpang tindih" ujarnya.
Ia menjelaskan butuh diet dan perampingan regulasi supaya bisa bergerak gesit setelah
pandemi ini.
"Omnibus Law Cipta Kerja ini strategi paling mungkin untuk diambil bagi kebutuhan-kebutuhan
objektif ekonomi kita saat ini," kata Yustinus dalam rilis survei "Sikap Publik Terhadap RUU Cipta
Kerja" yang diselenggarakan SMRC, Selasa (14/7).
Secara objektif, menurut Yustinus, Indonesia sebelum pandemi Covid-19 sudah mengalami
kesulitan untuk mengerek peringkat kemudahan memulai usaha atau Ease of Doing Business
(EoDB).
Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) yang sempat membaik pada tahun
2017 pun akhirnya mentok dan turun kembali karena regulasi dan investasi yang terganjal.
"Di saat pandemi ini, ekonomi kita yang biasanya ditopang oleh belanja rumah tangga dan
pemerintah praktis turun. Belanja pemerintah yang terus didorong juga punya batas. Otomatis
kita sangat memerlukan investasi untuk menopang ekonomi kita ini," kata Yustinus
menjelaskan.
Selain itu, secara kepastian hukum RUU Cipta Kerja juga mendorong kepastian hukum untuk
memulai usaha. Berbagai perizinan untuk pengusaha dan masyarakat yang ingin memulai usaha
mikro kecil menengah juga dipermudah.
"Perizinan yang mempersulit dihilangkan, terutama untuk usaha yang tidak berisiko tinggi.
Pelaku UMKM juga coba di-mainstreaming, mandat untuk melakukan kemitraan dan didorong
untuk membentuk PT. Ini membantu mereka untuk mendapat akses ke perbankan," kata
Yustinus.
Soal klaster ketenagakerjaan yang menuai pro kontra, Yustinus mengatakan harusnya publik
bisa melihat lebih jernih dan tak perlu berada dalam posisi yang dikotomis.
"Soal outsourcing, saya rasa ini tetap bisa dikomunikasikan jalan tengahnya. Terkait pesangon
yang jumlahnya diperkecil, pemerintah menawarkan unemployment benefit yang justru lebih
menjamin keberlangsungan pekerja," kata Yustinus.
(BR).
36

