Page 21 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 SEPTEMBER 2021
P. 21

PERPRES TUBERKULOSIS JADI TUMPUAN

              Pandemi Covid-19 telah mengganggu layanan tuberkulosis sehingga cakupan pengobatan pasien
              menurun.  Adanya  Peraturan  Presiden  Nomor  67  Tahun  2021  tentang  Penanggulangan
              Tuberkulosis  diharapkan  mendorong  percepatan  penanganan  tuberkulosis  sehingga  target
              eliminasi tahun 2030 bisa tercapai.

              Jumlah  kasus  tuberkulosis  (TB)  di  Indonesia  diperkirakan  mencapai  845.000  kasus.  Jumlah
              penderita TB yang ditemukan dan diobati pada 2019 sebesar 67 persen. Angka itu turun menjadi
              43 persen pada 2020 akibat pandemi. Padahal, TB perlu segera ditemukan dan diobati untuk
              menekan risiko penularan kepada orang lain.

              Organisasi  Kesehatan  Dunia  (WHO)  memperkirakan  ada  1,4  juta  orang  di  84  negara  yang
              kesulitan mengakses pelayanan TB sepanjang tahun 2020. Angka itu setara dengan penurunan
              21  persen  dibandingkan  data  tahun  2019.  WHO  juga  memperkirakan  hal  ini  menyebabkan
              munculnya 500.000 kasus kematian baru akibat TB.
              "Disrupsi  penanganan  TB  di  kawasan  Asia  Tenggara  antara  lain  dari  sisi  deteksi,  kerja
              laboratorium, pengadaan obat, perawatan dan pengawasan, serta sumber daya manusia. Saat
              ini, semua orang fokus ke penanganan Covid-19," kata Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
              Yarsi (Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia) Tjandra Yoga Aditama pada diskusi daring, Rabu
              (29/9/2021).

              Menurut  Tjandra,  keberlanjutan  penanganan  TB  perlu  dipertahankan  mengingat  jumlah
              kematian akibat TB di Indonesia mencapai 98.000 per tahun. Artinya, ada 11 kematian per jam.

              Indonesia juga termasuk satu dari delapan negara penyumbang dua per tiga kasus TB terbanyak
              di dunia. Dengan estimasi 845.000 kasus, Indonesia ada di peringkat kedua kasus TB terbanyak
              setelah India.

              Oleh karena itu, upaya mengatasi ketertinggalan layanan TB penting dilakukan. Upaya tersebut,
              antara lain, dengan memetakan area rawan TB, mengintensifkan pelacakan kasus ke populasi
              rentan,  meningkatkan  penggunaan  teknologi  digital  untuk  konsultasi  jarak  jauh,  hingga
              menggunakan penelitian terbaru untuk pengobatan pasien.

              "TB agar menjadi kegiatan lintas program dan lintas sektor dengan dukungan beragam sumber
              daya. Diperlukan implementasi nyata di lapangan, rencana kerja, pengawasan, dan evaluasi,"
              kata Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.

              Produktivitas  terdampak  TB  perlu  ditangani  secara  serius  karena  memengaruhi  produktivitas
              individu kemudian berdampak pada pembangunan sumber daya manusia secara umum. Adapun
              75 persen pasien TB di Indonesia adalah penduduk berusia 15-54 tahun. Lebih dari 25 persen
              pasien  TB  dan  50  persen  pasien  TB  resisten  obat  terancam  kehilangan  pekerjaan  akibat
              penyakitnya.
              "Masa produktif selama 8-9 tahun akan terampas akibat penyakit ini. TB akan berdampak ke
              produktivitas,  membuat  hidup  (pasien)  tidak  nyaman,  dan  ada  risiko  menyebarkan  penyakit
              sampai ke anak," kata Rektor Universitas Yarsi Prof Fasli Jalal.

              Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Ika Yuliwulandari mengusulkan agar
              penanganan  TB  memakai  pendekatan  personalized  medicine  atau  kedokteran  personalisasi.
              Artinya,  pasien  diberi  obat  sesuai  riwayat  genetik  dan  kondisi  tubuhnya.  Pendekatan  ini
              digunakan di Thailand pada 2018.




                                                           20
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26