Page 135 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 08 JULI 2020
P. 135
Pada tahun 2001, Etty didakwa menjadi penyebab meninggalnya sang majikan, Faisal Al-Ghamdi
dengan tuduhan meracuni sang majikan.
Dalam persidangan, keluarga majikan menuntut hukuman mati kisas dan pengadilan
memutuskan hukuman mati /qisas.
Hukuman mati kisas berdasarkan Putusan Pengadilan Umum Thaif No. 75/17/8 tanggal
22/04/1424H (23/06/2003M) yang telah disahkan Mahkamah Banding dengan Nomor
307/Kho/2/1 tanggal 17/07/1428 dan telah disetujui Mahkamah Agung dengan Nomor 1938/4
tanggal 2/12/1429 H karena membunuh majikannya warga negara Arab Saudi, Faisal bin Said
Abdullah Al Ghamdi dengan cara diberi racun.
Mulanya ahli waris majikannya meminta diyat sebesar 30 juta real atau Rp107 miliar agar Etty
diampuni dan tidak dieksekusi.
Namun setelah ditawar dan dilakukan berbagai pendekatan, akhirnya ahli warisnya bersedia
memaafkan dengan diyat sebesar 4 juta riyal Saudi atau Rp15,2 miliar.
"Pemerintah, khususnya Kemnaker selalu berkomitmen melindungi PMI. Kami bertanggung
jawab atas keselamatan PMI," ujar Menaker.
Menaker Ida mengaku senang dengan pembebasan dan kepulangan Etty. Menurutnya, Etty
sebagai WNI sudah sepantasnya mendapatkan perlindungan dari negara. Diyat atau uang denda
sebesar 4 juta riyal berhasil dikumpulkan sesuai tuntutan keluarga sekaligus ahli waris korban.
Dana tersebut merupakan hasil 'tabarru' atau sumbangan dari para dermawan berbagai pihak
di Indonesia, termasuk dari Lembaga Zakat Infaq, dan Sodaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU)
yang penggalangannya dilakukan sejak 2018..
134