Page 57 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 08 JULI 2020
P. 57
"Ada situasi yang menurut saya lucu berkaitan dengan kondisi lapangan di lokasi syuting. Satu
hal yang selalu meresahkan bagi saya, jika ada kru yang sakit, itu biasanya seluruh kru film
akan bawa kardus buat sumbangan. Kalau ada sakit atau kenapa-kenapa itu pada urunan,
enggak ada jaminan konkret perlindungan," keluhnya di Kementerian Ketenagakerjaan, Selasa
(7/7/2020).
Padahal menurutnya, di lokasi syuting sangat banyak kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
atau kelelahan akibat bekerja, mengingat jam kerja pekerja film bisa mencapai 16-18 jam dalam
satu hari.
"Ada kru yang kemudian tersetrum di lokasi, itu bukan satu dua kali terjadi, dan enggak ada
perlindungannya. Nanti adanya urunan antara pemain dan kru. Apakah kemudian perusahaan
sepenuhnya akan tanggung itu? Belum tentu," ucapnya.
Berdasarkan pengalamannya berkecimpung di dunia perfilman, ia bercerita, biaya yang
dikenakan production house (PH) untuk menjamin keselamatan para pekerja film sangatlah
minim. Hanya sedikit yang memberikan jaminan asuransi bagi para pemain dan kru film saat
menggarap suatu proyek.
"Pemain di kontrak dan dia sakit di lokasi syuting atau terjadi sesuatu, kalau sekarang saya bisa
gebrak meja produser bilang yah lu tanggung nih biaya gue sakit'. Tapi dulu itu angkanya Rp
50 ribu. Jadi kalau dia sakit yah produser akan bayar segitu, dengan ekspetasi bahwa kamu kan
harus punya asuransi (sendiri) dong," tuturnya.
Minimnya tanggung jawab perusahaan kepada pelaku film seperti itu disebutnya sangat umum
terjadi pada para pemain yang baru memulai karirnya di industri perfilman.
"Apalagi pemain-pemain yang sekarang baru memulai kariernya sebagai seorang aktor,
perlindungan itu rasanya hampir nihil," tegasnya..
56