Page 130 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 JUNI 2020
P. 130

Firmansyah pun mengamini pernyataan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bahwa terdapat
              banyak  perusahaan  yang  berada  dalam  posisi  terjebak.  Mereka  tidak  bisa  melakukan  PHK
              karena  tidak  memiliki  cukup  uang  untuk  membayar  pesangon,  tetapi  juga  kesulitan  untuk
              membayar gaji sehingga para pekerja dirumahkan.

              Menurutnya,  kondisi  tersebut  menjadi  momentum  bagi  perusahaan-perusahaan  untuk
              melakukan pengelolaan dana pensiun karyawannya melalui DPLK. Salah satu manfaat yang bisa
              diperoleh  perusahaan,  jika  menggunakan  DPLK,  adalah  pengenaan  tarif  pajak  yang  lebih
              rendah.

              "Ada  perbedaan  tarif  pajak  manfaat  pensiun  antara  DPLK  dan  pesangon.  Tarif  pajak  bagi
              [manfaat pensiun] DPLK itu mencapai 5 persen, sehingga dengan hasil perhitungan [manfaat
              pensiun] yang sama, manfaat yang diperoleh pekerja akan lebih besar," ujar Firmansyah pada
              Selasa (16/6/2020).

              Hal tersebut diatur  dalam dua regulasi,  pertama  yakni Peraturan Pemerintah (PP) tentang
              Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon Uang Manfaat Pensiun
              Tunjangan Hari Tua Dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan Sekaligus.

              Regulasi    kedua    yang  mengaturnya  adalah    Peraturan  Menteri  Keuangan  (PMK)  Nomor
              16/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang
              Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayar
              Sekaligus.

              Firmansyah menjelaskan bahwa jika manfaat pensiun yang diterima peserta kurang dari sama
              dengan Rp50 juta, maka tidak terdapat pajak yang perlu dibayarkan. Jika manfaat pensiun itu
              berkisar Rp50 juta-Rp100 juta maka pajaknya sebesar 5 persen, baik bagi pesangon maupun
              manfaat pensiun. Perbedaan muncul dalam nominal yang lebih besar. Jika manfaat pensiun
              pekerja Rp100 juta-Rp500 juta, pajak yang dikenakan terhadap pembayaran melalui pesangon
              sebesar 15 persen, sedangkan jika melalui DPLK tetap sebesar 5 persen.

              Adapun, jika manfaat pensiun yang harus dibayarkan kepada pekerja berada di atas Rp500 juta,
              terdapat pajak 25 persen jika dibayarkan melalui pesangon dan hanya 5 persen jika dibayarkan
              melalui DPLK. Menurut Firmansyah, terdapat selisih 20 persen dana yang akan diterima pekerja
              jika pembayarannya melalui DPLK.

              "Sehingga bisa dikatakan, dengan adanya program pensiun ini perusahaan tidak ada program
              tambahan.  Misalnya  manfaat  pensiun  yang  harus  dibayarkan  sama-sama  Rp500  juta, tetapi
              pekerja akan menerima lebih besar jika melalui program pensiun DPLK karena pajaknya lebih
              sedikit," ujarnya.

              Firmansyah menjelaskan bahwa berdasarkan Statistik Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan
              (OJK), baru terdapat sekitar 6,01 persen pekerja Indonesia yang menjadi peserta dana pensiun.
              Bahkan,  dia  menjabarkan  data  yang  dipublkasikan    Bloomberg    bahwa  hanya  16  persen
              perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki aset dana pensiun, baik DPLK
              maupun nonDPLK.

              Hal tersebut menurtnya menjadi cerminan bahwa kepesertaan dana pensiun masih potensial
              untuk  terus  ditingkatkan.  Perusahaan-perusahaan  dinilai  harus  mulai  mempertimbangkan
              pengelolaan dana pensiun, karena ada atau tidak ada pandemi virus corona, para pekerja sudah
              pasti akan memasuki masa pensiun..






                                                           129
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135