Page 110 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 06 DESEMBER 2019
P. 110
makin memanas.
"Karena sebenarnya, kasus yang saya alami itu banyak dialami juga oleh pekerja
migran lainnya."
"Dan itu cukup diselesaikan dengan permintaan maaf," jelas Yuli kepada ABC
Indonesia melalui sambungan telepon yang Liputan6.com kutip Kamis (5/12/2019).
Ia mengatakan, majikannya sempat menelepon langsung ke kantor Imigrasi di
wilayah Wan Cai, kantor pengajuan visa untuk buruh migran. Sang majikan bahkan
melaporkan dokumen kerja Yuli yang ditahan Imigrasi Kowloon Bay, imigrasi yang
pertama kali menangkapnya.
Namun respons Imigrasi Wan Cai justru membuatnya terkejut.
"Mereka menelepon balik dan bilang 'Oh maaf kasus pekerjamu ini spesial. Jadi
tunggu sampai dokumennya dikembalikan oleh Kowloon Bay'."
Terluka dan Emosional
Di balik penahanannya selama 28 hari, ada luka yang membekas dalam ingatan Yuli.
Ia mengaku sempat diperiksa tanpa busana saat berada di tahanan CIC.
"Itu yang membuat saya depresi selama satu minggu, saya seperti kehilangan
memori. Seminggu pertama saya di sana saya enggak bisa mengingat. Jadi saya
susah banget untuk mengingat, gara-gara waktu itu saya benar-benar sangat
emosi."
"Saya harus bugil, nungging," ceritanya kepada ABC.
Harga diri Yuli tercabik lantaran ia merasa dirinya bukan seorang kriminal.
"Itu adalah pengalaman pertama saya, jadi ada perasaan tidak terima."
"Jangankan begitu, mandi kelihatan orang saja saya enggak bisa. Memang enggak
bisa seperti itu, keluarga saya aja enggak pernah melihat saya tanpa busana, jadi
saya merasa ada sesuatu yang diambil dari saya."
"Itu yang membuat saya syok, antara marah, sedih, enggak terima. Jadi sempat
depresi seminggu dan enggak ingat ngapain aja waktu itu."
Meski sang majikan menginginkannya kembali ke Hong Kong, namun ia masih ragu
untuk kembali menjadi pekerja migran.
Tak Merasa Didampingi
Direktur Perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri Indonesia, Judha Nugraha,
Page 109 of 141.

