Page 68 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 JULI 2019
P. 68
tersebut mengalami masalah," kata Agus.
Banjir WNI dengan dokumen nonprosedural ini merupakan pemandangan sehari-
hari dan justru terjadi setelah adanya moratorium pengiriman tenaga kerja
Indonesia ke Saudi Arabia.
"Saya berharap ada extraordinary effort (langkah luar biasa) untuk menertibkan
pemberangkatan tenaga kerja Indonesia ke Arab Saudi. Meski demikian, KBRI dalam
melayani tidak pernah melakukan diskriminasi dan melayani semua WNI yang
datang dengan visa apapun," tutur Agus Maftuh menambahkan.
Terkait dengan denda overstay para WNI yang belum beruntung ini, KBRI Riyadh
berusaha melakukan komunikasi dengan Kerajaan Arab Saudi untuk membebankan
ke para majikan. Pada sisi lain Saudi juga membantu lewat Kantor Dinas Sosial
Pemerintah Saudi Arabia.
Agus Maftuh menegaskan bahwa KBRI Riyadh akan selalu konsisten menghadirkan
Negara untuk membantu para WNI di Saudi dan akan selalu melakukan terobosan
untuk memecahkan segala kebuntuan dalam diplomasi kemanusiaan ini.
Sebagaimana diberitakan, Kedutaan Besar RI di Riyadh berhasil menemukan dan
menyelamatkan Turini yang berangkat ke Arab Saudi pada 24 Oktober 1998.
Di Saudi, Turini bekerja di keluarga Aun Niyaf Aun Alotaibi, kata duta besar, seraya
menambahkan laporan mengenai Turini muncul sejak pertengahan tahun 2013,
namun karena data yang tidak lengkap mengenai dirinya menyulitkan KBRI Riyadh
melakukan pencarian.
"Titik balik pencarian Turini terjadi ada Maret 2019. KBRI saat itu menerima
informasi dari anak Turini di Indonesia bahwa ibunya baru saja menghubunginya
melalui nomor telepon warga negara Filipina," kata Duta Besar Indonesia Agus
Maftuh.
Informasi berharga dari anak Turini tersebut ditindaklanjuti oleh KBRI Riyadh yang
lalu bergerak cepat menghubungi nomor tersebut, dan kemudian diketahui bahwa
WN Filipina itu bekerja di rumah majikan yang masih bersaudara dengan majikan
Turini.
Melalui komunikasi tersebut, KBRI berhasil mendapatkan kontak majikan Turini,
yang diketahui bernama Feihan Mamduh Alotaibi, menantu dari majikan lama, Aun
Niyaf Aun Alotaibi yang sudah meninggal 10 tahun lalu.
Duta Besar Agus Maftuh menjelaskan bahwa selama bekerja dalam kurun waktu 21
tahun, Turini belum pernah menerima gaji, dan tidak memiliki akses komunikasi
dengan keluarga di Indonesia, kemudian KBRI melakukan negosiasi dengan
majikan.
Page 67 of 139.