Page 55 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 AGUSTUS 2021
P. 55
"Permasalahan yang dihadapi mereka pemutusan hubungan kerja sepihak, gaji tidak dibayar
hingga bekerja ekstra tanpa insentif sebagai implikasi dari pandemi," kata Suster Laurentia dari
JPIC-Divina Providentia dari Kupang, Nusa Tenggara Timur dalam diskusi yang diadakan Migrant
Care.
Suster Laurentia, salah satu penggiat antiperdagangan perempuan dan pendamping proses
pemulangan PMI ke NTT, mengatakan dampak Covid-19 tidak hanya dirasakan tenaga kerja
Indonesia (TKI) yang berada di negara penempatan tapi juga mereka yang sudah kembali ke
Tanah Air. Dia menceritakan mereka yang dipulangkan terkadang masih menghadapi stigma
sebagai pembawa virus dan terkadang harus mengeluarkan biaya untuk pulang kembali ke NTT.
"Kadang-kadang mereka pulang juga tidak membawa hasil, tidak membawa uang. Nanti
misalnya harus PCR, biaya yang juga tinggi kalau tidak didampingi," ujarnya.
Dampak pandemi juga dirasakan oleh para pekerja Indonesia yang berada di negara
penempatan. Menurut Sammi Gunawan dari serikat pekerja migran Indonesian Family Network
(IFN) Singapura, meski PMI di Singapura memiliki hak untuk melakukan vaksinasi Covid-19,
mereka terdampak dengan jam kerja yang bertambah akibat banyak yang bekerja dari rumah.
Selain itu, sebagian pekerja Indonesia tidak dapat ke luar dari rumah di hari libur karena
kekhawatiran akan potensi infeksi Covid-19. "Itu sebenarnya tidak fair, walaupun pekerjanya
tidak diizinkan untuk keluar tapi majikannya sendiri keluar. Ini termasuk seperti diskriminasi
juga," kata Sammi.
Hal itu, menurutnya, dapat menambah beban para pekerja apalagi ditambah lagi dengan latar
belakang mereka belum dapat kembali ke Indonesia saat cuti untuk bertemu keluarga.
54