Page 171 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 NOVEMBER 2021
P. 171

Demo para buruh ini digelar sejak siang. Sebelum mendatangi Kantor Gubernur Jateng, ratusan
              buruh itu menggelar pawai dengan menggunakan sepeda motor, melintasi kawasan Simpang
              Lima, Kota Semarang.

              Para buruh itu mendesak bertemu dengan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, selaku pejabat
              Pemprov Jateng yang akan menetapkan UMP atau UMR Jateng 2022 pada 21 November nanti.
              Meski demikian, keinginan para buruh ini tidak terlaksana, karena Ganjar tengah melakukan
              kunjungan ke Kabupaten Blora.

              Para buruh ini pun sempat kesal tidak bisa bertemu Ganjar. Mereka bahkan sempat berusaha
              menerobos pintu gerbang Kantor Pemprov Jateng. Meski demikian, mereka akhirnya ditemui
              Sekretaris Daerah (Sekda) Jateng, Sumarno, untuk berdialog.

              Sekretaris Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Jateng, Aulia Hakim, mengaku kecewa
              tidak bisa menggelar audensi dengan Gubernur Ganjar terkait tuntutan buruh agar UMP dan
              UMK mengalami kenaikan lebih dari 10%.
              "Kemarin kita komunikasi dengan Pak Gubernur katanya akan diusahakan. Tapi, itu juga enggak
              pasti. Harusnya dipastikan, kalau tidak bisa, ya bilang tidak bisa. Tapi, akhirnya tadi kami dapat
              telepon,  katanya  Pak  Gubernur  siap  melakukan  audensi.  Kami  minta  sebelum  tanggal  16
              November, karena tanggal 21 November sudah penetapan UMP," ujar Aulia.
              Aulia mengatakan dalam demo kali ini tuntutan buruh masih sama dengan demo yang digelar
              beberapa hari sebelumnya. Para buruh menuntut agar Pemprov Jateng menetapkan UMP 2022
              naik lebih dari 10% dibanding tahun ini. Pada tahun 2021, besaran UMP atau UMR di Jateng
              mencapai Rp1.798.979, 12. Oleh karenanya, jika mengalami kenaikan 10% lebih, maka UMP
              2022 di Jateng, sesuai tuntutan buruh, adalah di atas Rp1.978.877,032.

              "Angka itu [naik lebih 10%] sesuai dengan formula kami, yang melibatkan unsur kebutuhan
              hidup  layak  [KHL]  dalam  penetapan  UMP.  Makanya,  kami  minta  Pak  Gubernur  tidak
              menggunakan PP No.36/2021 tentang Pengupahan, yang tidak melibatkan KHL dalam penetapan
              upah," tegas Aulia.

              Dalam kesempatan itu, buruh dari berbagai organisasi serikat pekerja juga menyuarakan agar
              pemerintah  membatalkan  Omnibus  Law,  memberlakukan  Upah  Minimum  Sektoral
              Kabupaten/Kota (UMSK), serta menghapus aturan perjanjian kerja bersama (PKB) yang termuat
              dalam Omnibus Law.




























                                                           170
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176