Page 47 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 NOVEMBER 2021
P. 47

Sekitar  5  persen  perempuan  pada  2020  kehilangan  pekerja  an  atau  jam  kerja  dikurangi,
              sedangkan laki-laki hanya 3,9 persen.
              Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Indonesia (UI) Aloysius Uwiyono menilai, pandemi
              memang sangat berdampak pada tenaga kerja.

              "Semuanya  terkena,  ada  yang  dikurangi  upahnya,  ada  yang  kena  PHK,  dan  ada  yang  kena
              skorsing," ujarnya, seperti dikutip Rabu (10/11/2021).

              Perserikatan  Bangsa-Bangsa  (PBB)  pun  menekankan  adanya  kesenjangan  antara  bagaimana
              perempuan lebih terdampak krisis dibandingkan dengan laki-laki.

              World  Economic  Forum  bahkan  memperkirakan  kesenjangan  gender  ini  makin  lebar  karena
              pandemi  Covid-19  berdampak  pada  sektor-sektor  yang  sebagian  besar  mempekerjakan
              perempuan.
              Selama pandemi Covid-19, banyak perusahaan di Indonesia khususnya sektor padat karya yang
              melakukan efisiensi tenaga kerja agar dapat terus bertahan.

              Salah satu industri padat karya yang terkena dampak pandemi adalah industri hasil tembakau
              (IHT) yang banyak mempekerjakan perempuan sebagai pelinting sigaret kretek tangan (SKT).

              Adapun, para buruh pelinting di SKT ini mayoritas perempuan dengan pendidikan yang terbatas.
              "Kalau  perusahaan  berkurang  penerimaannya  akibat  pandemi,  perusahaan  tidak  dapat
              membayar pekerja nya," ujar Aloysius.

              Selama pandemi sistem kerja para buruh menjadi tidak normal. Banyak buruh pelinting yang
              dirumahkan, bekerja secara shift, dan dikurangi jam kerjanya. Bahkan, sebagian dari mereka
              terpaksa di-PHK. Padahal, sebagian besar dari mereka adalah tulang punggung keluarga.

              Selain pandemi, para pekerja SKT juga terancam kehilangan pekerjaan akibat kebijakan kenaikan
              cukai hasil tembakau dari pemerintah. Aloysius menilai kebijakan kenaikan cukai SKT tidak perlu
              dilakukan.


              "Menurut saya tidak perlu dinaikkan cukainya, karena kita melindungi buruh-buruh kita," ujarnya.
              Dia mengatakan jika perlindungan kepada buruh berkurang akibat dari kebijakan perusahaan
              atau  kebijakan  cukai  hasil  tembakau,  pemerintah  harus  lebih  menyadari  bahwa  hal  itu
              mempengaruhi industri dan tenaga kerja.

              "Kalau  dilihat  dari  kenaikan  cukai  rokok  itu  mengakibatkan  kesejahteraan  para  buruh  rokok
              menjadi berkurang, berarti kebijakan pemerintah itu tidak tepat," katanya.




















                                                           46
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52