Page 79 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 JANUARI 2020
P. 79

Title          FRAKSI RAKYAT TUDING OMNIBUS LAW RUU CILAKA BERWATAK KOLONIAL
               Media Name     cnnindonesia.com
               Pub. Date      30 Januari 2020
                              https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200130202121-20-470293/fraksi- rakyat-
               Page/URL
                              tuding-omnibus-law-ruu-cilaka-berwatak-kolonial
               Media Type     Pers Online
               Sentiment      Negative







               Jakarta - Sebanyak 40 organisasi rakyat dan lembaga masyarakat sipil yang
               tergabung dalam Fraksi Rakyat Indonesia (FRI) menolak omnibus law Rancangan
               Undang-Undang (RUU) Cipta Lapangan Kerja alias Cilaka .

               Omnibus law RUU Cilaka dinilai merupakan alat pemerintah untuk mendapatkan
               investasi asing melalui cara-cara kolonial.

               "Keseluruhan proses sangat tertutup, tidak demokratis, dan hanya melibatkan
               pengusaha. Substansi RUU Cilaka menyerupai watak pemerintah kolonial Hindia
               Belanda," kata Ketua Bidang Kampanye dan Jaringan YLBHI Arip Yogiawan dalam
               keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com , Kamis (30/1).

               #div-gpt-ad-1577361351318-0 iframe{ border: 0px; vertical-align: bottom; position:
               fixed !important; z-index: 1 !important; left: 0px; right: 0; margin: auto; } Pada
               akhir abad ke-19, di bawah tekanan globalisasi dan perjanjian internasional,
               pemerintah kolonial Hindia Belanda menerbitkan Koeli Ordonantie . Aturan itu
               menjamin pengusaha dapat mempekerjakan kuli perkebunan tembakau dengan
               upah sangat murah dan tanpa perlindungan.

               Para buruh juga diancam hukuman kerja paksa, sementara pengusaha yang
               melanggar aturan hanya dikenai sanksi denda ringan.

               "Konsep sistem ketenagakerjaan dalam RUU Cilaka mirip kondisi perburuhan pada
               masa kolonial Hindia Belanda," kata Arip RUU Cilaka juga dituding mengembalikan
               politik pertanahan nasional ke zaman kolonial karena semangatnya sama dengan
               ketentuan dalam Agrarische Wet 1870.

               Dua aturan tersebut dinilai sama-sama berambisi untuk mempermudah pembukaan
               lahan sebanyak-banyaknya untuk investasi asing dengan merampas hak atas tanah
               dan ruang kelola masyarakat adat dan lokal.

               "Formalisme hukum yang kuat dalam RUU Cilaka menghidupkan kembali semangat
               domein verklaring khas aturan kolonial. Masyarakat kehilangan hak partisipasi dan
               jalur upaya hukum untuk mempertahankan tanah yang mereka kuasai," katanya.

               "Kegagalan pemerintah dalam menjalankan program dan kebijakannya tidak perlu
               ditutupi dengan membuat regulasi baru," lanjut dia.



                                                       Page 78 of 80.
   74   75   76   77   78   79   80   81