Page 36 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 SEPTEMBER 2019
P. 36

menjalin kerja sama, tim Thisable Enterprise akan memeriksa kantor untuk
               mengecek akses untuk penyandang disabilitas. Satu di antara perusahaan yang
               selama ini menerima pekerja disabilitas ialah Grup Martha Tilaar. Puluhan tahun
               perusahaan kecantikan ini memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas
               untuk menjadi terapis di salon perawatan tubuh milik Martha Tilaar.


                Saat pembukaan dan penutupan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018
               makeupartistdisabilitas juga ikut diturunkan untuk merias ribuan penampil. Head of
               Corporate Communication and CSR PT Martina Berto Tbk (Martha Tilaar Group)
               Palupi Candrarini menjelaskan, hal yang harus dilakukan perusahaan jika memiliki
               pekerja disabilitas ialah harus selalu peka membaca potensi mereka. "Konsisten dan
               selalu memberi akses untuk mereka berkembang. Beri mereka banyak pelatihan
               agar tambah ilmu baru," ungkap Palupi. Palupi menjelaskan, dalam memberikan
               materi latihan, Puspita Martha tidak membedakan dengan peserta disabilitas
               maupun yang bukan.


                Perbedaannya hanya seorang guru membutuhkan penerjemah bagi penyandang
               tunarungu. Semua lulusan Puspita Martha dapat bekerja di salon spa Martha Tilaar
               yang kini ada di setiap kota. Menurutnya, ada kelebihan menerima pekerja
               disabilitas. Terkadang mereka memiliki kepekaan yang lebih baik dibanding yang
               tidak memiliki keterbatasan. Seperti Silvia Fitri Sundarim, terapis disabilitas yang
               sudah bekerja selama 26 tahun di Martha Tilaar. Perempuan yang akrab disapa Fitri
               ini seorang tunarungu, namun memiliki semangat tinggi untuk hidup seperti orang

               lain. "Pelanggan Fitri mayoritas adalah para duta besar dan expatriat. Terapis
               memiliki target dan dia selalu mencapai target sehingga omzet sehari dapat
               mencapai Rp40 juta. Belum ada terapis yang bisa mengalahkannya," tambahnya.

                Board of Advisor Indonesia Global Compact Network (IGCN) Shinta Kamdani
               mengatakan, meskipun sudah ada undang-undang, banyak perusahaan yang belum
               mulai merekrut penyandang disabilitas. Karena itu, pihaknya akan melakukan

               sejumlah terobosan bagi disabilitas dengan memanfaatkan teknologi. "Pertama yang
               dilakukan ialah mencocokkan keahlian tenaga kerja disabilitas dengan kebutuhan
               perusahaan sehingga ke depan hanya mencari mekanisme yang cocok," ucap Shinta
               pada seminar dan lokakarya dengan tema "Bagaimana Menjadi
               #DIFFABLEPRENEUR di Era Digital?" pada Rabu (11/9).

                Program tersebut akan dimulai dari perusahaanperusahaan yang menjadi anggota

               IGCN dan akan membuat database untuk menghimpun keahlian apa saja yang
               dibutuhkan oleh perusahaan. "Selama ini belum ada dari perusahaan yang
               mengoordinasi hanya jalan sendiri. Banyak inisiatif bagus perusahaan, namun tidak
               banyak yang tahu, maka harus bersama," jelasnya. Direktur Rehabilitasi Sosial
               Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial (Kemensos) Margowiyono mengaku



                                                       Page 35 of 171.
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41